Kembali lagi soal kebaikan. Apakah kebaikan yang dilakukan dan dibuat konten benar-benar tulus? Apakah benar-benar ada pengorbanan di sana, yang tentu jadi mulia jika tanpa pamrih?
Masalah niat dalam hati, hanya Yang Kuasa dan pembuat konten yang tahu. Kita tidak bisa menebak-nebak. Sebagai penonton, kita hanya tahu, pembuat konten sedang melakukan kebaikan.
Bagaimana nilai kebaikan itu sendiri? Sila Anda jawab. Perbuatan baik lebih tepat dinilai oleh orang di sekitar, bukan pribadi masing-masing.
Secara sengaja, saya bertanya ke teman-teman Instagram lewat story IG tentang bagaimana pendapat mereka seputar kebaikan yang dilakukan untuk konten. Apakah nilainya jadi berkurang atau tidak sama sekali?
Dari total responden, ada 73% menjawab "berkurang", sementara lainnya (27%) memilih "tidak sama sekali". Barangkali, alasan "berkurang" karena ada hal yang membuat responden itu tidak yakin bahwa kebaikan dikerjakan secara tulus adanya.
Yang pasti, yang paling bisa menilai adalah Yang Kuasa, sebagai pemberi ajaran agama, suatu saat nanti.
Pada akhirnya, kebaikan yang dikerjakan tanpa pamrih, timbul berbagai pengorbanan yang tulus dilakukan, tetap menjadi kebaikan terbaik yang sampai sekarang sebagian besar kita terus berusaha mengupayakannya.
Tidak mudah, berkorban bagi orang lain.Â
...
Jakarta