Menghayati peran
... Alisnya tertarik ke atas. Ia mengambil napas panjang. Bola matanya membesar. Darahnya naik ke ubun-ubun. Ia menggebrak meja ...
Sekiranya di atas adalah potongan cerpen, tentu dalam pembacaannya berbeda dengan narasi biasa. Ada intonasi yang lebih ditekankan dan suara yang lebih besar.
Perasaan marah sedang digambarkan. Sebagai pembaca, kita lebih bisa menghayati peran dan emosi tokoh jika membunyikannya. Bayangkan bila hanya dibaca dalam hati, pasti kurang terasa penekanan emosinya.
Membantu memperjelas imajinasi
Bagi pemelajar tipe auditori (selain visual dan kinestetik), mendengar bunyi suara sangat membantu mempercepat dalam memahami cerita. Membayangkan imajinasi pun demikian.
Mendengar orang lain membaca atau mendengar suara sendiri lebih menolong dalam mengerti kisah dan apa yang hendak disampaikan pengarangnya.
Melawan kantuk
Kantuk adalah tantangan utama sebagian kita saat membaca buku. Jika dalam keheningan, disertai embusan angin dari kipas, apalagi tempatnya tenang sekali, sesekali perhatian kita malah mengabur dan mulai mengantuk.
Konsentrasi terganggu karena begitu nyaman situasi di sekitar. Dengan membaca sambil bersuara, setidaknya ada aktivitas lebih yang dilakukan, tidak hanya menatap buku terus-menerus. Kita berusaha melawan kantuk dengan membiarkan bibir bergerak-gerak.
Opsi konten