Seorang lelaki duduk termenung di bawah pohon. Ia memandang ke sekitar taman di depannya. Betapa hijau, asri, dan tenang tempatnya. Karena haus, ia mencari minum.
Dari kejauhan, muncul seorang pesepeda dengan rentetan aneka minuman instan dan beberapa termos ukuran sedang. "Pak, cokelat panas satu," kata lelaki itu kepada pesepeda.
Tidak berapa lama, segelas plastik cokelat panas jadi. Lelaki itu meminumnya. Tanpa disadarinya, pada sekotak tanah di belakang tempat ia duduk, ia melihat dua gelas plastik berserakan. Di atas tanah, di antara tumbuhan liar yang menjalar.
Lantas, bersama bekas gelas plastiknya, ia memungut gelas-gelas itu dan menaruhnya ke tong sampah. Ia heran, mengapa masih ada orang buang sampah sembarangan? Di sisi lain, memang ada tukang sapu yang bekerja membersihkan taman itu.Â
Suatu kali kejadian seperti ilustrasi saya alami. Saya memang sebal melihat orang membuang sampah -- bahkan sekadar puntung rokok -- sembarangan.Â
Pada taman yang merupakan fasilitas publik, di mana semua orang bebas menikmati kenyamanan akan pemandangan, kehadiran sampah-sampah di sekitar tentu sangat mengganggu.
Ada tiga jenis tempat sampah
Di taman yang saya kunjungi, terdapat tiga jenis tempat sampah berjejer beberapa set di sekelilingnya. Berwarna hijau, kuning, dan merah. Warna membedakan isi.
Hijau merupakan tempat sampah organik (seperti dedaunan), kuning adalah tempat sampah anorganik (semisal plastik), sementara merah yaitu tempat sampah bahan berbahaya dan beracun (contohnya komponen elektronik).
Beberapa set tempat sampah itu terpajang di lokasi yang mudah terlihat mata dan tidak tertutup pepohonan. Dari jauh memandang, sudah tampak dengan warnanya yang begitu menyala.