Seorang lelaki beranjak dari tempat tidur. Ia memang sengaja istirahat dari sejam lalu. Ia tidak tahu hendak berbuat apa atas ide selintas yang tebersit di benak. Mana tahu, setelah tidur, berbagai inspirasi datang melengkapi.
Ia duduk di atas kursi. Ia menyalakan laptop. Ia menggaruk-garuk kepala. Matanya melirik ke kanan kiri. Camilan di meja licin tandas. Layar pada laptop masih bersih. Tidur sama sekali tidak membantunya.
Saya tidak tahu sudah berapa artikel opini Anda tulis. Saya tidak tahu pula bagaimana cara Anda menuliskannya. Masing-masing tentu berbeda, tergantung selera.
Pada kebanyakan, artikel opini biasanya menyajikan lima bagian: penjelasan masalah, penyajian teori dan dasar logika, pembabaran analisis, penulisan kesimpulan, dan pengambilan opini.
Di Kompasiana, bertebaran beragam penulis opini. Saya sering belajar dari mereka. Sangat membantu memperkaya kosakata, pengetahuan, dan gaya tulisan.
Saya pribadi...
Awalnya saya bukan penulis opini. Saya adalah penulis fiksi, tepatnya cerpenis. Keranjingan menulis opini baru-baru ini. Sebetulnya agak sama antara keduanya, baik fiksi maupun nonfiksi.
Jika dicermati, fiksi pun menyajikan opini penulisnya, hanya disamarkan dalam perkataan para tokoh cerita. Penulisnya tidak berpendapat langsung. Banyak pesan kuat boleh didapat dan mencerahkan. Sementara artikel opini lebih gamblang menjelaskan siapa yang berpesan.
Karena hal itu, sebagian besar artikel opini saya bergaya sedikit fiksi. Khususnya bagian ilustrasi. Saya merasa perlu menyertakan, dengan maksud yang sebentar akan saya jelaskan.
Pengertian ilustrasi