Hari masih pagi. Gerbang kantor baru dibuka. Terdengar dua langkah kaki saling mendekat. Seorang pria berjalan dari ujung, seorang wanita dari seberangnya. Mereka berpapasan di depan pintu.
"Wah! Penulis, ya!" kata wanita itu sambil tersenyum. Pria itu tersipu malu. Ia tidak menyangka, dunia kepenulisan yang akhir-akhir ini didalaminya, tersebar luas sampai ke teman kantornya. Padahal, ia tidak kenal dekat dengan wanita itu.
Sekarang ini, setiap berjumpa dengan beberapa teman kantor, mereka sering memanggil saya dengan julukan penulis. Entah tahu dari mana (bisa jadi dari media sosial saya), mereka menyimpulkan saya seorang penulis.
Ya, ada memang buktinya. Sampai detik ini, saya telah menulis enam buku seperti pada gambar. Kelimanya adalah buku kumpulan cerpen dan satu lagi adalah cara mudah menulis cerpen.
Jika Anda mengira saya suka menggoreskan opini, benar. Tetapi, saya tidak berawal dari itu. Dahulu, saya lebih sering menulis puisi dan gemar mengarang cerpen.Â
Beberapa cerpen menyabet Artikel Utama. Saya pun menulis di keterangan profil Kompasiana sebagai seorang cerpenis. Bukan penulis opini. Saya memang ingin membangun citra diri seperti itu.
Mendapat apresiasi dari Kompasiana
Sejak bergabung 16 Mei 2020 (hampir satu tahun satu bulan), saya telah menulis sebanyak 498 artikel. Mendekati 500 dalam setahun lebih sedikit. Baru dua hari lalu, saya mendapat kepercayaan oleh Kompasiana untuk menyandang akun biru.
Tentu, saya sedikit bahagia. Lebih banyak terbeban. Mengapa? Karena biru bukan sembarang warna. Ada tanggung jawab mempertahankan kualitas tulisan di sana.
Menjadi penulis berakun biru juga memperkuat penjenamaan saya sebagai seorang penulis, baik buku maupun artikel daring. Saya pun dapat royalti dari hasil penjualan buku-buku itu.