Seorang lelaki menghentikan langkah. Matanya menyimak dengan begitu cermat sebuah akuarium berisikan beberapa ikan yang menarik perhatiannya.Â
Ikan itu berukuran jumbo. Perutnya menggelembung. Berwarna oranye, putih, dan merah. Pada sisiknya, muncul bintil-bintil kecil seperti timbul layaknya mutiara.
"Berapa Mas, harganya?" tanya lelaki itu pada penjualnya. "Tujuh puluh lima ribu, seekor," jawab penjualnya. Lelaki itu merenung sejenak. Ia amati kembali ikan-ikan itu.
Saya rasa, sebagian Kompasianer tahu benar bahwa saya seorang pehobi ikan hias. Dua artikel saya membuktikannya. Keduanya menyabet Artikel Utama. Sila baca:
Ingin Bisnis Ikan, Cintai Dulu Ikannya
Ya! Saya tidak pernah bercanda bila menulis perihal kebahagiaan seputar ikan hias kepada Anda. Cukup saya yang merasakan pengalaman pahit, menyedihkan, dan memedihkan.Â
Kedua tulisan di atas berikut tulisan ini adalah sari pati pengalaman selama tiga tahun memelihara ikan hias, yang saya bagikan secara ikhlas, agar Anda tidak mengalami: bagaimana ikan yang baru dibeli, mati saat dipindah ke akuarium rumah, bagaimana penyakit dari ikan baru menular dan membuat ikan lain terserang, dan betapa pedih membeli sampai mengalami kerugian besar.
Berhubung materi selanjutnya serius, izinkan ikan-ikan saya sejenak menyegarkan mata Anda.