Waktu sudah menunjukkan pukul empat sore. Ketiga anak telah bangun dari tidur siang, lekas mandi, lalu bersiap untuk berkumpul di meja ruang makan. Tangan masing-masing membawa sebuah buku.
Seorang ibu menunggu. Ia duduk. Di depannya, halaman buku terbuka. "Mari anak-anak, kita doa dahulu. Horas yang pimpin ya," katanya pada saya. Setelah berdoa, kami berempat membaca buku itu.
Itulah kebiasaan saya dahulu saat kecil. Bersama dua kakak, saya rutin membaca sebuah buku, dibimbing oleh Mama. Mama adalah seorang pendeta pembantu. Buku itu tentu saja, Alkitab.
Kitab suci orang Nasrani, terdiri dari Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Perjanjian Lama meliputi 39 kitab, dari Kejadian sampai Maleakhi. Sedangkan Perjanjian Baru meliputi 27 kitab, dari Injil Matius sampai Wahyu.
Setidaknya sekali, seluruh kitab itu selesai saya baca. Ketika kami sudah rampung membacanya, Mama akan meminta tiap-tiap kami mendoakan seluruh anggota keluarga. Agar sehat selalu, dilimpahkan berkat dalam pekerjaan, dan terus menjadi berkat.
Cerita Sekolah Minggu
Cerita para nabi yang dituliskan dalam Alkitab yang berupa kata-kata itu, telah menjadi imajinasi yang apik, ketika diceritakan oleh para Guru Sekolah Minggu -- pengajar di gereja khusus anak-anak saat ibadah Minggu. Dengan alat peraga, para guru berhasil menanamkan kisah itu pada saya.Â
Tentang Nabi Yunus yang dimakan dan terperangkap dalam perut ikan dan akhirnya bisa keluar. Belum lagi kisah-kisah di Perjanjian Baru. Terutama, cerita Yesus Kristus yang adalah Juru Selamat manusia. Saya mulai tertarik dengan isi Alkitab.
Saking cintanya