Malam semakin larut. Seorang ibu menatap nanar sekitar. Berkali-kali ia menunduk, memandang jualan yang ia gelar sedari sore. Ada mobil-mobilan beraneka bentuk, pistol-pistolan berbagai ukuran, raket-raketan dan tumpukan bola berwarna-warni, dan lainnya yang begitu memikat mata, disinari lampu putih yang terang benderang.
Sudah waktunya ia pulang. Ia beranjak dari kursi, mengambil sebuah dus cokelat besar, dan mulai memasukkan satu demi satu dagangannya itu. Ia merapikan baik-baik, agar semuanya dapat tersusun tanpa sedikit pun rusak.
Masih ada banyak penjual makanan dan minuman di sekitar pasar itu. Pedagang masker berjibun. Tukang buah semakin semangat berjualan. Saya mampir sebentar di salah satu pedagang, untuk membeli tiga gelas es jeruk. Satu saya, dua sisanya untuk teman.
Sepanjang jalan menuju pasar itu -- pasar daging dan sayur-sayuran, malam ini saya menyaksikan pemandangan unik. Tepat di hari kedua Lebaran, muncul beberapa pedagang yang menggelar dagangan khasnya di emperan jalan. Mereka tidak ditemui saat hari biasa.
Apa itu? Seperti dijelaskan di ilustrasi, mereka adalah pedagang mainan anak-anak. Di atas koran dan tikar yang terbentang panjang, mereka gelar berbagai mainan berwarna cerah cemerlang dan tentu menarik perhatian para anak kecil. Dari yang paling besar sampai berukuran mini, ada. Rata-rata berbahan dasar plastik.
Harganya pun terbilang terjangkau. Tanpa ditanya, ketika barang dijual di emperan jalan, tentu jauh lebih murah daripada yang di toko apalagi pasar swalayan. Salah satunya, harga obral senilai 10.000 terpampang pada potongan kardus kecil yang tergantung di atas dagangan.
Menerka alasan mendadaknya
Lebaran adalah momen khusus para anggota keluarga berkumpul. Dari yang paling sepuh hingga balita dan anak bayi, semua tidak ketinggalan saling berkunjung untuk merayakan hari kemenangan.
Ada sukacita yang dialami setelah sebulan berpuasa. Ada rasa senang berjumpa keluarga besar. Anak-anak kecil pun, jika telah bertemu, pasti spontan bermain. Salah satunya, lewat mainan anak. Kendati pada kenyataan, gawai telah mayoritas mengambil ketertarikan anak-anak, sebagian masih ada yang suka dengan mainan anak ini.
Ya, para pedagang mainan memanfaatkan kesempatan itu. Saat anak-anak berkumpul, saat mereka mendulang rupiah. Di ibu kota pun, mereka gelar. Mereka tahu, larangan mudik diberlakukan.