Seorang sosok bergaya di depan cermin, melenggak-lenggokkan tubuhnya, begitu centil. Gaun berwarna ungu berkilat-kilat dipegangnya erat-erat. Ia sangat menyukainya.
Perlahan, ia mengenakannya. Ia memakaikan pula stoking hitam pada kedua kakinya. Ia kembali menatap cermin. Ia pandang wajahnya, lalu berias. Ia begitu ingin tampil cantik. Seperti hendak bertemu seseorang.
... Mengapa ... aku begini? Jangan kau mempertanyakan. Bila ku mati, kau juga mati. Walau tak ada cinta, sehidup semati ...
Potongan adegan dan lirik lagu di atas yang ditampilkan pada video klip berjudul "Posesif" adalah tanda pertama kali saya menyukai grup musik Naif, di antara menjamurnya grup-grup musik tahun '90-an seperti Sheila On 7, Padi, Ada Band, dan lainnya.
Pemeran video itu bernama mendiang Joko Wiryanto Suwito, atau yang tenar dengan nama Avi "Naif"atau Jeanny Stavia. Seorang waria, lahir di Jakarta, 18 Desember 1970 dan meninggal di Jakarta pula, 19 Januari 2006 (35 tahun). Beliau tidak kuat menahan serangan penyakit kanker paru-paru yang dideritanya sejak tahun 2002.
Saya suka video itu karena musiknya mendayu-dayu, konten peristiwa yang diangkat menggambarkan realitas kehidupan yang ada, dan begitu tidak biasa. Di saat grup musik lainnya mengulas percintaan sepasang kekasih, Naif menceritakan polemik kehidupan seorang waria. Unik.Â
Lagu-lagu Naif lainnya
Selain itu, lagu-lagu lainnya yang melekat benar di ingatan saya meliputi "Mobil Balap" (Naif, 1998), "Jikalau" (Titik Cerah, 2002), "Benci untuk Mencinta" (Retropolis, 2005), dan "Air dan Api" (The Best, 2005).
"Mobil Balap" menggambarkan cerita seseorang yang punya mobil balap dan kisahnya mengemudikan mobil itu di jalanan. Mobil itu menemaninya dan sebagai alat ampuh mendekati para gadis.
... asoy geboy ngebut di jalanan ibu kota. Dipayungi lampu kota di sekitar kita ...