Membentuk pola pikir kritis
Dalam membabar masalah dan menganalisisnya, tentu kita sebisa mungkin menjawab enam pertanyaan yang berpotensi membentuk kesimpulan, seperti apa, mengapa, di mana, kapan, siapa, dan bagaimana.
Semua dijawab secara masuk akal, merujuk pada data dan fakta, sehingga pendapat yang disimpulkan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Bila terbiasa membaca artikel seperti ini, pembaca secara tidak sadar juga ikut berpikir kritis.
Membiasakan berbahasa yang benar
Penulis adalah pejuang literasi. Baris terdepan dalam melestarikan bahasa. Menggunakan bahasa Indonesia yang benar sesuai kaidah kebahasaan, meliputi Kamus Besar Bahasa Indonesia dan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia.
Dengan menyajikan artikel berbahasa benar, tanpa gaul apalagi tercampur berantakan dengan bahasa asing, penulis sudah membantu dan membiasakan pembaca belajar bahasa Indonesia. Kalau terus-menerus, ada kemungkinan memengaruhi pembaca dalam menulis. Mereka juga ikut tertata bahasanya.
Meningkatkan budaya baca
Semakin banyak menulis, tentu karena semakin banyak membaca. Tidak mungkin, menulis hanya dari pengalaman. Pesan moral dari pelajaran kehidupan memang tersampaikan, tetapi tata bahasa belum tentu apik. Sesekali pula, tulisan perlu menyertakan rujukan ilmiah, yang kita tahu hanya karena membaca.
Kita sebagai penulis wajib meningkatkan kemampuan menulis dengan membaca. Jika tiap-tiap penulis terus membaca dan setia menulis, secara langsung berkontribusi meningkatkan budaya baca negeri ini.
Menambah bahan bacaan
Tulisan yang sudah dibukukan dapat menambah bahan bacaan. Selain disampaikan ke Perpustakaan Nasional, baik berbentuk fisik maupun pdf, kita juga bisa menjualnya secara pribadi.