Pagi ini aku kembali datang ke warung itu. Menyeret kaki demi nafsu perut. Membungkam lambung yang terus saja menguapkan gasnya, naik ke atas hingga menyesakkan dada.
Kalau aku tidak makan, aku tahu, lama-kelamaan akan mati. Banyak yang menangis, mungkin kau tidak. Sampai di sana, dari kejauhan abang bersarung menyapa. Senyumnya hangat, sehangat mentari yang mulai menyengat.
Aku kunyah sajiannya. Ada bubur nasi, suwiran daging ayam, potongan daun bawang, remahan kerupuk, ditambah beberapa tetes kecap dan lada bubuk. Seharusnya begitu lezat, seperti sebulan lalu.
Namun, sekarang terlalu hambar. Lidahku tidak menikmati apa-apa. Mati rasa. Sejenak aku ingat, sebetulnya aku sudah mati sejak lama. Entah, ke mana kau bawa pergi jiwaku itu.
...
Jakarta
1 Mei 2021
Sang Babu Rakyat
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H