Baru kemarin, Senin, 19 April 2021, saya terkejut dan sempat sedikit emosi melihat salah satu media sosial saya, akun FB, terkena tag orang yang tidak saya kenal. Lebih lanjut, tidak bertanggung jawab, karena saya tidak pernah meminta ditautkan konten tersebut. Konten yang mencemarkan nama baik. Konten porno.
Di bagian komentar, nama saya jelas ada, bersama nama-nama teman saya lain, yang saya kenal betul adalah baik reputasinya. Bahkan ada akun persekutuan jemaat Kristiani.Â
Komentarnya dipenuhi beragam pertanyaan, keberatan, dan emosi kemarahan yang sebetulnya tidak layak dibaca tetapi pantas disampaikan pada akun yang menautkan.Â
Beberapa akun sempat menulis sesopan mungkin, walaupun begitu kesal. Apalagi ini bulan baik, bulan puasa. Saya tahu, pasti ini sungguh menguji kesabaran mereka.
Tidak ada angin, tidak ada hujan, ia begitu jahil, menautkan konten porno. Sontak saya langsung mencari salah satu komentar berguna, yang mengajarkan untuk atur di bagian setting FB, tombol aktif pada menu meninjau.Â
Ini membuat kita dapat meninjau terlebih dahulu seluruh tag orang pada kita, sebelum muncul di halaman muka Facebook. Kita bisa hapus tautan itu, sehingga tidak terbaca orang.
Kejadian guru saya
Peristiwa saya masih lebih baik daripada kejadian yang dialami guru saya. Akun FB suaminya dipakai untuk menautkan konten itu. Akun itu tidak bisa dibuka olehnya. Nama orang-orang yang dikenal sampai tidak dikenal muncul semua di komentar konten itu, oleh sebab akun suaminya. Maka terjadilah, orang-orang berpikir, suaminya pelaku jahil itu.
Otomatis, beliau, guru saya, gelisah sepanjang hari. Nama baik keluarga tercoreng. Saya kenal betul keluarga beliau, keluarga guru terpelajar dan pelayan di gereja. Saya juga paham benar, muatan konten apa yang sering dibagikannya. Ketika saya pertama tahu, saya tersenyum saja. Tidak mungkinlah, suami beliau pelakunya.
Sempat terjadi percakapan antara saya dengan beliau. Saya yang mengawali, karena merasa kasusnya sama.