Ada peningkatan derajat
Seperti sudah diulas di atas, salam adalah bentuk kita meninggikan martabat manusia. Kita memberi diri merendahkan hati untuk memulai memberi salam duluan, sebagai wujud menghormati derajat lawan bicara.
Bila anak muda kepada orangtua, sudah wajib. Begitu pun sebaliknya. Bukankah salam tidak memandang umur? Kawula muda kerap memaklumi bila yang lebih senior sering menunggu daripada memulai. Ada juga kaum senior yang memulai duluan. Â
Bukti tidak ada masalah
Kalau kita disapa, berarti tidak ada masalah antara kita dengan pihak yang menyapa. Terlebih disertai senyuman, salaman, dan mata yang begitu berbinar menyambut, seolah kita saudaranya.
Bila kenal tetapi diam-diaman saat berpapasan, kita pasti menduga ada yang keliru. Apa saya melukai hatinya? Apa saya lupa minta maaf? Apa dia benci sama saya? Berbagai pertanyaan timbul karena tidak ada salam.
Pembuka percakapan yang hangat
Ketika rapat, seminar, bersama rekan kerja, keluarga besar, dan lainnya, salam terbukti efektif menciptakan kondisi kondusif, sebagai awal baik untuk membuka percakapan dan diskusi lanjut yang lebih serius.
Dengan menyajikan senyuman sembari memberi salam, kita membahagiakan, barang sedikit, hati orang-orang. Selain merasa dihormati, suasana dekat dan hangat tercipta. Bandingkan bila kita cuek dan merengut. Mana ada yang mau?
Menciptakan adab
Terakhir, memberikan salam mencerminkan adanya kebaikan budi pekerti. Kesopanan antarmanusia. Akhlak yang baik.Â