Beberapa petugas bersarung tangan menemukan hal-hal aneh yang mencurigakan. Sebuah gunting taman tergeletak di bawah kasur. Sepotong roti cokelat yang terbelah seperti habis dimakan. Sebuah kotak kardus cokelat besar yang terbuka, berisi tumpukan pakaian baru seperti hendak dijual. Ada potongan-potongan lakban melekat di lantai.
"Apa yang Saudara lakukan malam ini?" tanya seorang petugas pada koki. Si koki mengangkat muka. Dengan gagap, ia berbicara.
"Saya tidak ngapa-ngapain, Pak. Jujur. Setelah nyonya pulang arisan, saya hanya mengantar roti ke kamarnya. Seperti biasa, ia selalu minta kudapan sebelum tidur. Setelah itu, saya kembali ke dapur."
"Apa Saudara menaruh racun dalam roti itu?" Petugas memicingkan mata. Si koki mengelus dada.
"Ya ampun, Pak. Tidak pernah terpikir di otak saya, perbuatan jahanam itu. Mana mungkin saya tega membunuh nyonya?"
"Atau kau?" Tangan petugas itu menunjuk tukang kebun.
"Kau yang membunuhnya?"
Tukang kebun berdiri. Sedikit teriak, ia menjawab.
"Bukan saya, Pak. Bukan!"
"Lantas, bagaimana bisa gunting taman itu ada di kamar nyonya?"
"Itu tadi nyonya pinjam, Pak. Setelah kotak besar pakaian pesanan nyonya datang, nyonya langsung meminjam gunting saya. Lakban itu terlalu tebal untuk dirobek dengan gunting biasa. Jadi saya meminjamkannya."