Memang, tidak ada polisi yang semprit kalau melihat pesepeda tidak pakai helm. Tetapi, demi keselamatan pribadi, kita seharusnya sudah tahu bahwa memakai helm lebih aman.
Mematuhi rambu lalu lintas
Jangan pikir lampu lalu lintas itu hanya berlaku untuk pengendara motor dan mobil ya. Pesepeda juga seyogianya memantau dan mematuhinya. Bukan apa-apa, ini semata-mata untuk menjaga keselamatan.
Ketika saya ada di persimpangan jalan besar, arus yang berlampu merah tetapi searah dengan arus yang berlampu hijau, bila tidak ada polisi, terkadang sering pengendaranya bablas begitu saja. Ini yang mengerikan bagi pesepeda. Bila kita tetap genjot, ada kemungkinan tertabrak.
Bersepeda di paling kiri jalan
Sudah tentu dan wajib hukumnya pesepeda bersepeda di tepi jalan, paling kiri dekat trotoar. Beberapa jalanan ibu kota ada yang menyediakan jalur bersepeda berwarna hijau.
Di sinilah kita seharusnya menggenjot sepeda. Lebih aman pula bila seandainya ada motor tiba-tiba menyelip dari sisi kiri--ini salah tetapi ada juga yang masih melakukan, kita bisa menaikkan sepeda ke atas trotoar.
Hati-hati menyeberang
Menyeberang di jalanan ibu kota tidak mudah. Percayalah, saya sebagai pesepeda harus menunggu sepeda motor lewat dan jalanan benar-benar sepi. Kalau ada rambu-rambu menyeberang tidak masalah. Tidak mungkin pula, saya mengangkat sepeda lewat jembatan penyeberangan. Jarang saya lihat, ada pengendara motor atau mobil yang sengaja berhenti dan menyilakan saya menyeberang.
Agar aman, menyeberanglah bersama-sama dengan pejalan kaki atau pengendara motor. Dengan berjumlah banyak dan memberikan tanda semacam angkat tangan, para pengendara motor yang lewat dapat lebih cepat menyadari bahwa kita akan menyeberang.
Akhirnya, Anda tahu bagaimana Karsim menyeberang jalan? Dalam cerpen itu, dia meninggal tertabrak, di jalanan kota besar, oleh sebab terutama keegoisan para pengendara. Semoga kita tidak bernasib sama seperti Karsim. Amit-amit.