Meskipun ia tidak pernah melewatkan saat memandikan burungnya, tetap saja ia menaruh sebuah kotak agak panjang penuh berisi air pada dasar sangkar itu, supaya burung itu dapat mandi sendiri.
Sebagai seorang pensiunan, kegiatan memelihara burung kenari itu adalah sumber kebahagiaan baginya, dan begitu menghibur hatinya dari kesedihan mendapatkan uang pensiun yang begitu jauh lebih kecil dibanding penghasilannya ketika masih menjadi pegawai.
Ketika sore tiba, sebelum ia bertugas menjalankan jaga malam, ia akan kembali melakukan hal yang sama pada burungnya, bahkan menghabiskan waktu cukup lama sekadar bersiul-siul, seolah-olah ia ingin mengajak burungnya berbicara.
Burung itu menyahut siulannya. Ia berkicau begitu sering dan begitu kencang, di malam yang mulai datang bersama keheningannya. Mungkin, ia sedang berterima kasih pada Sulepret karena telah rajin merawatnya. Mungkin, ia menangis karena merasa sendirian di rumah yang gersang itu, tanpa pohon dan tanpa teman. Mungkin, ia sedang berteriak tanda mulai gila terkurung terlalu lama dalam sangkar.Â
Sulepret hanya senang saja melihat burung itu ketika berkicau, tanpa tahu maksudnya. Manusia mana yang sebetulnya benar-benar tahu arti bahasa burung dalam kicauannya?
Semakin ke sini, istrinya semakin gelisah. Kecintaan Sulepret terhadap burung perlahan-lahan mengikis sikapnya padanya. Ia lebih mementingkan persediaan makanan burung itu daripada bertanya apakah istrinya sudah makan. Ia pun lebih rajin memandikan burungnya dan membiarkan begitu saja istrinya yang sengaja tidak mandi dan begitu bau, tidur di sampingnya.
Lama kelamaan istrinya mulai merasa Sulepret tidak peduli dengan dirinya. Akhirnya, ia memutuskan mengarang-ngarang cerita, bermaksud agar Sulepret melepaskan burungnya dan lebih perhatian padanya.
"Pret, kau tidak kasihan sama burungmu itu?" tanya istrinya suatu pagi ketika Sulepret baru bangun.
"Maksudmu?"
Setelah merapikan selimut dan mengambil sapu lidi, istrinya melanjutkan perkataan dengan sedikit mengarahkan sapu itu ke arah Sulepret.
"Burungmu itu menderita, tahu! Masak ia harus tinggal dalam sangkar yang sempit itu. Akan bertahun-tahun lagi. Kau mengekang burung dan merampok kebebasannya. Kau tega Pret?"