Puji Tuhan.
Saya ingin mengawali tulisan ini dengan limpahan ucapan syukur kepada Tuhan saya, Yesus Kristus, yang telah memberikan hikmat dan kesehatan, hingga buku perdana saya terbit.
Sebagai orang yang tinggal di perantauan, tepatnya ibu kota, malam ini saya tidak bisa bersama keluarga besar untuk merayakan Natal. Semua sedang siaga dan wawas diri, termasuk saya. Mengendalikan nafsu dan mengalah, agar penyebaran Covid-19 tidak kian menggelora.
Menyedihkan? Tidak perlu saya jawab. Bagi pembaca sesama perantauan, pasti bisa merasakan. Syukurnya, keputusan untuk tidak bertemu ketika Natal merupakan hasil rapat bersama keluarga. Jadi, tidak ada keberatan dan semua memaklumi.
Tentu, untuk mengobati, saya harus mencari sumber kebahagiaan lain. Di samping berita baik bahwa Natal adalah datangnya Juru Selamat, menyelamatkan umat manusia dari kejatuhan dosa, ada berita baik lain hari ini.
Tepat siang tadi, sebuah kiriman dari seseorang datang. Pengirim itu bernama Bapak Thamrin Dahlan. Bagi Kompasianer dan sebagian penulis, mungkin pernah dengar nama beliau.
Beliau adalah Ketua Umum Yayasan Pusaka Thamrin Dahlan. Yayasan yang berjuang memajukan dunia literasi, dengan membantu penulis menerbitkan buku ber-ISBN gratis. Tanpa biaya sepeser pun.
Awalnya, karena baru pertama, saya menyimpan tanda tanya. Benarkah betul-betul gratis? Setelah mengalami sendiri, saya buktikan bahwa memang benar, gratis. Isi dompet masih utuh, tidak berkurang sama sekali.
Dari lubuk hati paling dalam, bersama tulisan ini, saya ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Thamrin Dahlan dan Yayasan Pusaka Thamrin Dahlan, atas bantuannya menerbitkan buku saya. Terima kasih pula saya ucapkan kepada Bapak Hendro Santoso (Hensa)--salah satu Kompasianer-- yang telah mengenalkan saya kepada yayasan beliau.
Buku Juang