Pagi itu, mentari seperti terlambat bangun. Para manusia sudah bermunculan, berkerumun dan bekerja mencari sesuap nasi. Langit terbentang gelap. Kumpulan awan pembawa hujan semalam masih lengkap. Sisa-sisa sinar bulan ada sedikit terlihat.
Beberapa lelaki baik tua maupun muda bergegas menuju kebun. Dengan memikul pacul di bahu, mereka kembali mengadu nasib demi bertahan hidup di desa itu.
Beberapa perempuan menyibukkan diri di depan gubuk. Ikan-ikan hasil tangkapan melaut lelaki mereka, yang sepertinya sudah cukup asin dalam endapan lautan garam semalam, dibersihkan benar-benar.
Di atas hamparan anyaman bambu, ikan-ikan itu dijejerkan rapi-rapi. Tidak ada yang saling menumpuk. Semua mereka inginkan beroleh sinar siang itu. “Semoga tidak hujan lagi” Mungkin itu harap mereka.
Desa itu tenang sekali. Terletak di bawah kaki gunung dan beberapa kilo meter tidak jauh, terdapat pantai pasir putih nan bersih. Tak ada sampah bertebaran di sana. Belum terjamah dan masih tersembunyi dari orang luar.
Kendati warga desa tahu, kecantikan pantai itu bisa dijual, yang kemudian mungkin mendatangkan banyak keuntungan, mereka sepertinya tidak membuka untuk komersial.
Sekitar lima ratus kepala keluarga tinggal di desa itu. Sebagian berkebun, sebagian melaut. Mereka sangat menjaga keasrian alam. Dari hutan di tengah gunung mereka beroleh kayu untuk tinggal, dari laut mereka beroleh ikan untuk makan.
Pada alam mereka menyembah dan menggantungkan seluruh kehidupan.
Asap kendaraan bermotor bisa dihitung di desa itu. Tidak akan kau temukan kemacetan layaknya kota besar. Para penduduk gemar berjalan kaki dan bersepeda. Tak heran, usia mereka panjang-panjang. Otot mereka besar-besar.
Keharmonisan hidup di desa itu tak hanya terjalin antara manusia dan alam. Binatang buas di kaki gunung tetap merasa nyaman atas kehadiran manusia. Penduduk desa itu terlalu menjaga habitat mereka. Bahkan, beberapa pohon besar di dekat gubuk paling ujung desa itu, menjadi tempat kesukaan burung-burung elang bersarang.
Menjadi fenomena biasa, para anak kecil melihat mereka beterbangan setiap pagi. Tangisan dalam kicauan anak-anak burung meriuhkan pagi yang sunyi itu. Bila mereka mulai berteriak, burung jantan akan segera mencari daging segar untuk menenangkan.