Saya tertawa dini hari ini. Sebuah reaksi spontan setelah membaca tulisan pertama saya di Kompasiana. (Lagaknya ye, kayak udah banyak aje tulisannye, wkakakak...)
Per tanggal 16 Mei 2020 pukul empat sore, tulisan perdana berjudul "Corona, Sebuah Fenomena", tayang di platform blogging kesayangan kita ini. Pembaca tercatat 213 mata, dengan satu nilai. Aktual, dari srikandi puisi, Bu Fatmi Sunarya. Terima kasih, Bu Fatmi.
Ibarat telur baru menetas, sebagai pemula saya boleh berbangga. Orang belum kenal saya waktu itu. Sekarang, masih tidak terkenal, wkakaka..... Besar kemungkinan, alasan cukup banyak pembaca adalah topik yang diangkat. Seputar masalah aktual. Saat itu, Corona sedang hangat-hangatnya.
Sebagai orang yang tidak punya pengalaman menulis, bila Anda jeli membaca tulisan saya itu, bisa disaksikan cara saya membangun kesimpulan. Tak ada data angka di sana, hanya ilmu utak atik gathuk ditambah sedikit nasihat mematuhi protokol kesehatan.
Memang. Itu hanya narasi deskriptif hasil menonton TV. Tapi setidaknya, sedikit menyegarkan setelah membacanya. Bisa menilai saya sudah bergerak sejauh mana sampai sekarang.
Selain itu, ada faedah lain yang saya nikmati.
Nostagia
Sebetulnya, niat awal menulis adalah menuangkan opini yang tercipta di otak. Saya tipe pemikir. Makanya wajar dan saya pun tidak marah, kalau ada teman bilang muka saya lebih tua daripada usia. Wakakaka...
Waktu itu, berkelebatan ketakutan dan pemikiran tentang betapa mengerikannya Corona. Tetapi, syukur kepada Tuhan, saya dianugerahi kewarasan berpikir, sehingga diberi jalan menyalurkannya lewat tulisan.
Eeee... siapa sangka, awalnya tertarik beropini, sekarang malah kegandrungan fiksi. Ternyata, sejalan waktu, masing-masing akan menemukan ketertarikannya.
Pengukur kemajuan