Benar saja. Pukul dua dini hari, Pak Budi bersama embernya pergi. Sesampainya di sana, ditampunglah air sebanyak-banyaknya. Sayang, Pak Dedi terjaga dari tidur. Dari kejauhan dia melihat.
"Curang kau ya" Seru Pak Dedi. Dilanda amarah, diambilnya cangkul dan dipukulkan kencang ke arahnya.Â
"Pletaaaaakk"
Nahas, cangkul itu mengenai kepala. Darah mengucur deras. Pak Budi terjatuh dan tak bergerak di tempat. Dia tewas seketika.
Pak Dedi ketakutan. Dia mencari akal bagaimana menyembunyikan jasad. Ketika hendak dibawa ke tanah pinggir sungai, untuk dikuburkan, langkahnya diketahui beberapa peronda yang juga petugas keamanan desa. Akhirnya, dia ditangkap, diadili pejabat desa, dan dimasukkan ke penjara.
Mata air itu kini tak lagi terpancar airnya. Kekeringan kembali melanda. Kematian menunggu di depan mata.
...
Jakarta
3 November 2020
Sang Babu Rakyat
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H