Mohon tunggu...
Y. Edward Horas S.
Y. Edward Horas S. Mohon Tunggu... Penulis - Pendiri Cerpen Sastra Grup (cerpensastragrup.com)

Nomine Terbaik Fiksi (Penghargaan Kompasiana 2021). Peraih Artikel Terfavorit (Kompetisi Aparatur Menulis 2020). Pernah menulis opini di KompasTV. Kontributor tulisan dalam buku Pelangi Budaya dan Insan Nusantara. Pendiri Sayembara Menulis Cerpen IG (@cerpen_sastra), Pendiri Perkumpulan Pencinta Cerpen di Kompasiana (@pulpenkompasiana), Pendiri Komunitas Kompasianer Jakarta (@kopaja71), Pendiri Lomba Membaca Cerpen di IG (@lombabacacerpen), Pendiri Cerita Indonesia di Kompasiana (@indosiana_), Pendiri Tip Menulis Cerpen (@tipmenuliscerpen), Pendiri Pemuja Kebijaksanaan (@petikanbijak), dan Pendiri Tempat Candaan Remeh-temeh (@kelakarbapak). Enam buku antologi cerpennya: Rahimku Masih Kosong (terbaru) (Guepedia, 2021), Juang (YPTD, 2020), Kucing Kakak (Guepedia, 2021), Tiga Rahasia pada Suatu Malam Menjelang Pernikahan (Guepedia, 2021), Dua Jempol Kaki di Bawah Gorden (Guepedia, 2021), dan Pelajaran Malam Pertama (Guepedia, 2021). Satu buku antologi puisi: Coretan Sajak Si Pengarang pada Suatu Masa (Guepedia, 2021). Dua buku tip: Praktik Mudah Menulis Cerpen (Guepedia, 2021) dan Praktik Mudah Menulis Cerpen (Bagian 2) (Guepedia, 2021).

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Mengemis Takada di Kamusku

27 Oktober 2020   23:54 Diperbarui: 24 November 2020   22:30 247
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber:manado.tribunnews.com

"Ibu tahu kan Doni seperti apa orangnya? Anak ibu ini, sudah berkorban tidak melanjutkan sekolah, mencari uang demi sekolah adik-adik dan hidup kita. Tetapi, ibu tidak menghargai sama sekali pengorbananku. Malah, menjatuhkan harga diriku. Aku malu, punya ibu mengemis di jalanan. Aku masih kuat bu mencari uang dengan bekerja. Bila perlu, aku cari kerjaan tambahan dan rela kerja sepanjang hari" Kudobrak meja. Aku sungguh kesal.

Ibu terdiam. Tertunduk lesu merasa bersalah. Niat baiknya ditolak oleh anak sulungnya.

"Baiklah nak, ibu mengaku salah. Maaf, bila ibu menjatuhkan harga dirimu." Ibu berkata perlahan dan terbata-bata.

"Ya sudah bu. Jangan diulangi lagi. Jangan sampai kulihat ibu seperti itu lagi" Aku memperingatkan ibu.

Aku, yang terlatih hidup keras, tak sudi sedikitpun mengemis. Mengemis hanya untuk orang yang malas bekerja. Mau bilang apa nanti aku sama Tuhan ketika ditanya mengapa diriku dan keluargaku malas dan mengemis? Sudah cukup kemiskinan di keluarga kami. Aku akan memperlihatkan padaNya, mentalku yang tidak miskin sama sekali.

...

Jakarta

27 Oktober 2020

Sang Babu Rakyat

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun