Mohon tunggu...
Y. Edward Horas S.
Y. Edward Horas S. Mohon Tunggu... Penulis - Pendiri Cerpen Sastra Grup (cerpensastragrup.com)

Nomine Terbaik Fiksi (Penghargaan Kompasiana 2021). Peraih Artikel Terfavorit (Kompetisi Aparatur Menulis 2020). Pernah menulis opini di KompasTV. Kontributor tulisan dalam buku Pelangi Budaya dan Insan Nusantara. Pendiri Sayembara Menulis Cerpen IG (@cerpen_sastra), Pendiri Perkumpulan Pencinta Cerpen di Kompasiana (@pulpenkompasiana), Pendiri Komunitas Kompasianer Jakarta (@kopaja71), Pendiri Lomba Membaca Cerpen di IG (@lombabacacerpen), Pendiri Cerita Indonesia di Kompasiana (@indosiana_), Pendiri Tip Menulis Cerpen (@tipmenuliscerpen), Pendiri Pemuja Kebijaksanaan (@petikanbijak), dan Pendiri Tempat Candaan Remeh-temeh (@kelakarbapak). Enam buku antologi cerpennya: Rahimku Masih Kosong (terbaru) (Guepedia, 2021), Juang (YPTD, 2020), Kucing Kakak (Guepedia, 2021), Tiga Rahasia pada Suatu Malam Menjelang Pernikahan (Guepedia, 2021), Dua Jempol Kaki di Bawah Gorden (Guepedia, 2021), dan Pelajaran Malam Pertama (Guepedia, 2021). Satu buku antologi puisi: Coretan Sajak Si Pengarang pada Suatu Masa (Guepedia, 2021). Dua buku tip: Praktik Mudah Menulis Cerpen (Guepedia, 2021) dan Praktik Mudah Menulis Cerpen (Bagian 2) (Guepedia, 2021).

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Cerita Seseorang di Kala Senja

18 Oktober 2020   01:07 Diperbarui: 24 November 2020   22:32 419
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber:jatim.tribunnews.com

Malam ini kulihat dirimu tak sesegar kemarin. Aku penasaran apa yang membuatmu begitu.
"Mengapa engkau tak semangat hari ini?" Tanyaku dengan mata yang tertuju pada sekujur tubuhmu. Tergeletak layu, tak bernafsu.

"Aku hanya kelelahan. Seharian tadi, kubersihkan seluruh lantai dan jendela rumah." Jawabmu.

"Kau sudah tahu, dirimu tak sekuat dulu lagi. Mengapa engkau bersikeras bertahan di rumah ini?" Aku kembali bertanya.

"Di sini, banyak kenangan yang tak bisa kutinggalkan. Banyak sekali. Aku ingat di sudut itu, bocah-bocah bermain berlarian, hingga yang terkecil sampai terjatuh. Yang lebih tua hanya terkekeh-kekeh melihatnya." Telunjukmu menuntunku memandangi ruang tamu yang penuh dengan kursi dan meja, dan alas karpet berbulu. Lapuk.

"Engkau masih ingat jelas peristiwa itu? Itu kan sudah berpuluh-puluh tahun lalu? Daya ingatmu bagus juga ya." Kataku memujimu. Aku hanya ingin melihat engkau tersenyum, dan sedikit beranjak dari kelelahanmu itu.

"Bagaimana aku bisa melupakan? Bocah-bocah itu, kendati menjengkelkan, sungguh menghidupkan. Tawa riang mereka, perkelahian mereka, kepolosan sikap mereka, sangat menghiburku."

"Terus, mengapa mereka sekarang tidak membantumu, membersihkan rumah?"

"Mereka sering tak bisa. Takada waktu. Takada kabar. Mungkin sibuk berkutat dengan kehidupan." Jawabmu perlahan.

Mendengar jawabmu, jujur aku kasihan melihatmu. Tinggal sendiri di rumah seluas ini, tanpa ada yang menemani.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun