Aku bukan orang yang tidak setuju dengan kemajuan teknologi. Hanya, tidak suka saja kecanduan teknologi. Bukankah semua yang berlebihan itu tidak baik?
Diri kita dituntut untuk melek teknologi. Bukan pilihan, tetapi keharusan. Suka tidak suka, sebagian besar aktivitas manusia telah menggunakan teknologi.
Kita yang tak bisa, didesak untuk belajar. Bila tidak mau, pasti ketinggalan. Sebut saja telepon genggam. Smartphone yang dipakai sehari-hari, itu bukti nyata kemajuan teknologi. Selalu saja, ada smartphone baru yang keluar setiap hari, dengan fitur yang lebih canggih dari yang telah ada.
Belum lagi, komputer kerja kita. Dari dulu zaman monitor tabung, sekarang ringkas dapat dilipat bahkan bisa dilepas dari keyboard dan dibawa ke mana-mana. Teknologi diakui memang menawarkan kepraktisan untuk membantu memenuhi kebutuhan hidup manusia.
Di sisi lain, kita juga perlu awas dengan dampak buruknya.
Pemborosan
Kemudahan pembayaran yang tersedia di aplikasi smartphone sangat mendukung kita boros dalam belanja. Pilihan barang-barang dari berbagai merek, dengan segala harga, dipampang oleh beragam toko dalam tampilan semenarik mungkin, di genggaman tangan kita.
Rasa-rasanya, supermarket terlengkap bisa diakses dengan sekali klik. Tentunya, hal ini bila tidak diimbangi dengan pengendalian nafsu belanja, tak lama keuangan kita gampang terseok-seok.Â
Bagaimana tidak? Siapa yang tidak tergiur berbelanja? Kendati identik dengan kaum wanita, lelaki pun tak jarang juga suka. Hanya saja, ketertarikan barangnya yang berbeda.
Kita juga harus bisa memilih mana kebutuhan primer, sekunder, tersier, dan keinginan. Agar, tidak terjadi pemborosan untuk hal-hal yang kurang berguna.