ompung (nenek) masih ada. Tapi tak apalah ya, tetap kuceritakan pada Anda. Mana tahu mungkin, selain bisa sedikit meredakan ketegangan, bisa pula melukiskan senyuman di wajah Anda yang ganteng dan cantik itu. Hehehe...
Cerita ini sebetulnya sudah lama terjadi. Beberapa tahun silam, sewaktuOmpungku adalah wanita yang gemar menonton televisi (TV). Beliau tinggal bersamaku, bapak, dan mama di rumah. Sementara kakak tinggal di kota lain dengan keluarganya.
Seperti selera wanita senior pada umumnya, sinetron sangat suka beliau tonton. Menghabiskan waktu berjam-jam di depan TV, beliau jagonya. Bahkan terkadang hingga lupa makan.
Seperti kita tahu, dalam sinetron kebanyakan, ada 3 peran yang dimainkan. Protagonis, Antagonis, Tritagonis. Peran utama (biasanya baik), peran lawan (biasanya jahat), peran ketiga (pendamai protagonis dengan antagonis). Begitu bila diterangkan satu per satu.
Peran antagonis sering dibenci ibu-ibu. Bahkan kendati sinetronnya udah tamat, ketika artis itu muncul di acara lain, bencinya tidak ikutan tamat. Seperti sebuah stigma yang terus melekat sepanjang hidup, hehehe...
Pernah suatu malam mendekati jam tidur, terdengar suara bernada tinggi dan cukup kencang.
"Kurang ajar kau ya! Mati aja kau sana! Jahat kali kau! Sip babami."
Sontak diriku yang bermata kriyep-kriyep, hendak mendarat di pulau kapuk, terkaget-kaget. Keluarlah aku dari kamar dan lekas menuju dapur, lokasi sumber suara.
Ternyata, alamakkk, kulihat ompung marah-marah sembari jarinya menunjuk-nunjuk ke arah pemain antagonis di TV. Wakakakkaa.... Dia terlihat jengkel sama kelakuan jahatnya. Sesekali pula, nama binatang versi Sumatra mewarnai ucapannya. Itu lho, yang akhirannya ...at. Tak pantas kuucap di sini, jangan-jangan jadi polemik entar, hehehe...
Bapakku pun kaget. Dibilangnya ke mama,
"Matikan aja itu TV-nya, daripada mamak marah-marah. TV kok dimarahin."