Mohon tunggu...
Y. Edward Horas S.
Y. Edward Horas S. Mohon Tunggu... Penulis - Pendiri Cerpen Sastra Grup (cerpensastragrup.com)

Nomine Terbaik Fiksi (Penghargaan Kompasiana 2021). Peraih Artikel Terfavorit (Kompetisi Aparatur Menulis 2020). Pernah menulis opini di KompasTV. Kontributor tulisan dalam buku Pelangi Budaya dan Insan Nusantara. Pendiri Sayembara Menulis Cerpen IG (@cerpen_sastra), Pendiri Perkumpulan Pencinta Cerpen di Kompasiana (@pulpenkompasiana), Pendiri Komunitas Kompasianer Jakarta (@kopaja71), Pendiri Lomba Membaca Cerpen di IG (@lombabacacerpen), Pendiri Cerita Indonesia di Kompasiana (@indosiana_), Pendiri Tip Menulis Cerpen (@tipmenuliscerpen), Pendiri Pemuja Kebijaksanaan (@petikanbijak), dan Pendiri Tempat Candaan Remeh-temeh (@kelakarbapak). Enam buku antologi cerpennya: Rahimku Masih Kosong (terbaru) (Guepedia, 2021), Juang (YPTD, 2020), Kucing Kakak (Guepedia, 2021), Tiga Rahasia pada Suatu Malam Menjelang Pernikahan (Guepedia, 2021), Dua Jempol Kaki di Bawah Gorden (Guepedia, 2021), dan Pelajaran Malam Pertama (Guepedia, 2021). Satu buku antologi puisi: Coretan Sajak Si Pengarang pada Suatu Masa (Guepedia, 2021). Dua buku tip: Praktik Mudah Menulis Cerpen (Guepedia, 2021) dan Praktik Mudah Menulis Cerpen (Bagian 2) (Guepedia, 2021).

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

7 Alasan Mengapa Aku Mulai Meninggalkan Televisi

1 September 2020   10:07 Diperbarui: 1 September 2020   19:30 3067
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Televisi (Gambar: Unsplash/Gaspar Uhas)

Sedikit urun rembug terkait polemik penyiaran yang sedang mencuat di publik, aku akan membahas dari segi penonton.

Di rumahku di kampung sana, televisi (tv) hanya satu. Dulu punya dua, satu tv tabung, sisanya LED. Si tabung ini, karena dimakan usia, selesai pula eksistensinya.

Ketika sekeluarga berkumpul, ada mama, aku, dan ketiga kakakku, tv ditonton bersama-sama. Sebetulnya, tidak semua mata ingin menonton sih, hanya saja berusaha menonton, agar ada materi pembicaraan seputar tv yang bisa menghangatkan suasana kekeluargaan.

Kalau mama berujar "Jahat kali itu orang (baca:pemain sinetron)", nah, saya kan jadi bisa menanggapi, karena "ikutan" menonton. Setidaknya, obrolan jadi nyambung deh. Hehehe...

Di satu sisi, kakakku lebih tertarik menonton via smartphone-nya. Kemenakan asyik dengan laptopnya. Semua memiliki hak masing-masing, yang penting liburan di kampung tetap asyik dan nyaman.

Aku pribadi, nonton tv sangat jarang. Bisa dihitung dengan jari. Ada dua siaran yang mayoritas kutonton. Satu berita, satu lagi siaran luar tentang alam, tumbuhan, dan binatang. Discovery Channel, semisal. Selebihnya, hanya sebagai pajangan.

Mungkin, sebagian dari Anda ada yang memiliki tingkat ketertarikan rendah sama denganku. Atau bahkan, ada yang tidak menonton tv sama sekali saat ini. Kembali lagi, itu hak masing-masing.

Ya, kuakui aku lebih tertarik dengan hiburan dari media sosial. Itu lebih banyak unggul dibanding tv.

Suka-suka Waktu vs Terjadwal
Media sosialnya kita ambil contoh Youtube ya. Dalam 24 jam sehari, pasti ada kegiatan yang terjadwal dan harus dilalui. Semisal, bekerja dari pagi hingga sore, bersih-bersih rumah, dan sebagainya.

Di saat itu, tentu kita tidak perlu hiburan, karena fokus menyelesaikannya. Nah, ketika ada siaran yang disukai tetapi bertepatan dengan jam kerja, itu tetap bisa dinikmati di media sosial, bukan tv. Ini tidak menampik kenyataan bahwa ada fasilitas record atau merekam siaran di tv tertentu. Secara umum, yang klasik tidak bisa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun