Apakah semua tulisan harus mengandung pesan moral?
Jawabannya tidak harus. Tidak semua tulisan yang tidak ada kandungan nilai moral di dalamnya itu buruk. Kita tetap bisa belajar, semisal gaya penulisan sang penulis yang menarik. Contohnya tulisan saya ini. Tanpa pesan moral dan menarik juga belum tentu, wakakakaka (jangan serius-serius kawan).
Ini hanya tulisan ringan tentang hobi baru saya yang muncul akibat keranjingan menulis (untuk saat ini, semoga selalu berlanjut). Lah gimana sih? Bukannya menulis itu hobi? Ibarat sebagian perusahaan yang punya anak perusahaan, seperti inilah hobi menulis dengan anak hobinya. Baca KBBI.
Sebaiknya, kita jangan bilang berprofesi sebagai penulis kalau tidak tahu KBBI. Jangan bilang pula suka menulis kalau tidak pernah baca KBBI. KBBI sudah menjadi kitab suci kedua bagi penulis setelah kitab suci agama.
Sekilas KBBI
sumber, KBBI, Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah kamus ekabahasa resmi bahasa Indonesia yang disusun oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa dan diterbitkan oleh Balai Pustaka.Â
MenurutSebuah Badan yang merupakan unit Eselon I di bawah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, di mana Kepala Badan bertanggung jawab langsung kepada Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. KBBI telah tercetak sebanyak lima edisi (1988, 1991, 2000, 2008, dan 2016). Selain versi cetak berbentuk buku, ada juga versi daringnya.
Pada edisi kelima, KBBI telah memuat 110.538 lema per April 2019. Asal tahu saja, lema menurut KBBI adalah (1) kata atau frasa masukan dalam kamus di luar definisi atau penjelasan lain yang diberikan dalam entri, (2) butir masukan, entri. Bagi yang baru tahu, tenang kalian tidak sendiri, saya juga baru tahu kok, wakakaka. Biasanya pakai istilah kata, bukan lema.
Dari KBBI, saya juga tahu kata baku yang seharusnya dipakai dalam percakapan sehari-hari, seperti apotek (bukan apotik), atlet (bukan atlit), antre (bukan antri), cedera (bukan cidera), dan masih banyak lagi.