Kemudian mereka akan memperkenalkan makanan yang dijual serta memperlihatkan cara masaknya. Tidak jarang juga, para pemilik warung makan menggratiskan makanannya, sebagai ucapan terima kasih telah mempromosikan warungnya.
Keramahan pelayanan;
Dari video tersebut, dapat kita lihat bagaimana tingkat keramahan para pelayan warung makan, mulai dari tukang masak, pengantar makanan, kasirnya, dan mungkin tukang parkirnya. Ada yang ramah dan suka bercerita, ada yang biasa saja, ada pula yang ketus dalam melayani. Bila pelayan semakin ramah, maka semakin tambah pula minat kita untuk pergi mencoba makan di sana.Â
Kenyamanan warung;
Kebersihan di dalam dan luar warung sedikit banyak terekam di video vlogger. Ketidakbersihan pasti mengganggu pemandangan ketika makan, dan bisa berdampak pada turunnya nafsu makan. Higienis dalam memasak makanan juga ikut berpengaruh.
Selain itu, ruang makan yang luas juga dapat menambah ketertarikan orang untuk berkunjung ke sana. Apalagi kalau suasananya pedesaan dan kebetulan tidak jauh dari kediaman. Bersih, luas, suasana pedesaan, higienis, langsung capcus deh, hehe...
Mengupas cita rasa;
enak, berarti memang enak rasanya.
Penilaian utama dari makanan adalah cita rasa. Memang, cita rasa adalah selera masing-masing. Akan tetapi, bila lebih dari satu food vlogger yang incip makanan di sana dan mengatakanTerlebih lagi warung tersebut ramai pengunjung dan di dinding warung dihiasi foto-foto orang terkenal yang pernah singgah di sana. Kita akan semakin yakin rasanya disukai kebanyakan orang.Â
Atas video vlognya, selain Food Vlogger dapat kenyang, penghasilan pun datang. Di sisi pengusaha rumah makan, potensi penghasilannya menjadi naik, gegara banyak penonton termasuk kita yang kemungkinan akan singgah usai menonton video dan rekomendasi dari vlogger tersebut.Â
Lebih lagi kalau si vlogger memiliki banyak pengikut, waaaoooww. Pemilik warung berpotensi mendulang kenaikan rupiah yang cukup signifikan. Sebuah simbiosis mutualisme.