Tidak ada orang yang sempurna di dunia ini.Â
Pernyataan ini sepenuhnya benar dan belum ada yang bisa menyanggahnya. Dalam aktivitas pribadi kita dan interaksi sosial dengan sesama, pasti tidak lepas dengan pemilihan mana yang benar dan mana yang salah.Â
Hal yang benar, dikerjakan dengan kata "ayo", sementara yang salah, dijauhi dengan kata "jangan". Kedua kata ini bersifat persuasif, mengajak untuk berbuat dan tidak berbuat. Fenomena ini pun telah terjadi sedari kecil, berulang dari hari ke hari, sehingga terekam jelas di alam bawah sadar.
Terkadang, kita juga hanya bisa menertawakan diri, ketika berbuat salah. Kebodohan demi kebodohan, karena melakukan kesalahan yang sama secara berulang, lebih dari dua kali, membuat kita terlihat lebih bodoh dari binatang keledai. Iya, bahkan keledai pun tidak akan jatuh ke lubang yang sama sebanyak dua kali. Peribahasa kuno berkata.
Lebih lanjut, ketika kita mengambil sikap untuk merenungi diri karena berbuat salah, ini adalah sangat bagus. Catatan besarnya, jangan terlalu terjerembab lama di dalam kubangan kesalahan. Karena, ini hanya membuat kita memandang diri kita semakin rendah, tenggelam dalam lautan penyesalan, sampai-sampai kita tidak bisa melihat apa yang menjadi kelebihan kita.
Dengan kita berusaha peka akan perasaan bersalah, maka itu pertanda kita:
- masih tahu mana yang benar dan mana yang salah;
Tanda kedewasaan adalah tahu mana yang benar dan salah. Sesuatu adalah salah, ketika kita tahu yang benar seperti apa. Semisal, kita bisa menyatakan bahwa berbohong itu salah, karena yang diajarkan sebagai sebuah kebenaran adalah mengatakan yang sebenarnya alias jujur.
Sehingga, ketika kita peka telah berbuat salah, berarti ingatan kita tentang apa yang benar masih tajam. Dan ini patut disyukuri, karena sekarang banyak orang yang telah berbuat salah tetapi tidak pernah sadar akan kesalahannya. Mungkin, saking terlalu terbiasa sehingga telah nyaman.
- belajar untuk memperbaiki diriÂ
Ada beberapa orang yang memang dihadirkan oleh Yang Maha Kuasa, untuk mengingatkan kita bila berbuat salah. Ketika di rumah, ada orang tua, ketika bersekolah, ada guru, sampai ketika bekerja, ada atasan dan rekan kerja.
Ada yang dengan cara terus terang cenderung kasar, ada pula yang dengan sindiran melalui perkataan halus. Caranya berbeda-beda, tetapi tujuannya sama, agar kita tidak mengulangi kesalahan, dan terus belajar memperbaiki diri menjadi pribadi yang lebih baik ke depannya.