Inilah sebuah ajaran kebencian yang ingin kuajarkan kepadamu, wahai para pembaca.
Dahulu, ketika kita masih kecil dan menempuh pendidikan di tingkatan Sekolah Dasar, kita menerima pelajaran Bahasa Indonesia dari guru kita.
Kala itu di zaman penulis, tidak ada pemisahan yang khusus untuk guru yang mengampu mata pelajaran, dimana satu guru mengajar semua mata pelajaran. Entah kalau zaman para pembaca ya, hehe.
Dalam materi pembelajaran Bahasa Indonesia, pembentukan struktur kalimat adalah salah satu yang diajarkan. Melirik pada pengertian yang tercantum pada KBBI, kalimat dimaknai salah satunya sebagai “kesatuan ujar yang mengungkapkan suatu konsep pikiran dan perasaan”.
Gampangnya ketika melihat secara lebih teknis, kalimat itu kumpulan dari suku-suku kata yang memberi arti ketika dibaca satu kesatuan.
Dalam struktur kalimat, terdapat empat unsur kata yang dapat membentuk kalimat, yaitu Subjek, Predikat, Objek, dan Keterangan.
Subjek berbicara tentang pelaku yang melakukan perbuatan, predikat berbicara tentang perbuatan yang sedang dilakukan, objek berbicara tentang sesuatu yang dikenai perbuatan, sementara keterangan berbicara tentang kondisi ketika peristiwa itu terjadi, entah itu terkait cara, waktu, tempat, dan lain sebagainya.
Singkatan tenar dari semua ini adalah SPOK, dengan permisalan kalimatnya: Ibu memasak rendang di dapur. Di sini, “Ibu” berperan sebagai S, “memasak” berperan sebagai P, “rendang” berperan sebagai O, dan “di dapur” berperan sebagai K.
Tidak perlu selengkap itu unsur yang digunakan dalam kalimat, minimal terdiri dari dua unsur kata, yaitu S dan P, maka sudah terbentuk sebuah kalimat. Semisal, Ibu memasak.
Pasti sempat tebersit pertanyaan di benak para pembaca, “Mengapa aku harus belajar Bahasa Indonesia di sini, sementara judulnya tidak tentang “Cara Membentuk Sebuah Kalimat?”. Izinkan penulis menjawabnya. Justru dari sinilah, penulis akan jelaskan cara membaca arti dari judul di atas, hehe. Penulis akan sorot tentang unsur S dan P.