Mohon tunggu...
Reva Prasetya
Reva Prasetya Mohon Tunggu... wiraswasta -

When I Think About Football, I Think Manchester United. Twitter: @HoolGad

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Artikel Utama

Daffa Imran, Korban Eksploitasi Anak atau Kecerobohan Media?

13 Maret 2015   05:46 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:44 2947
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14262077391792960415


Beberapa hari lalu Indonesia dihebohkan dengan pemberitaan tentang Muhammad Daffa Imran, bocah 15 tahun asal Bekasi yang didaulat menjadi kapten Real Madrid U-15 (bagi yang ketinggalan berita silakan googling dengan kata kunci "Daffa Imran"). Entah sejak kapan pastinya berita tentang siswa SMAN 8 Bekasi ini mulai menyeruak, tapi saya pertama kali membacanya di laman bolanasional[dot]co pada 25 Februari 2015 lalu. Berikut tautan berita tersebut.

Sejak itu berita serupa wara-wiri di internet. Reaksi publik pun bermacam-macam, namun mayoritas bangga atas pencapaian Daffa. Siapa yang tidak kenal Real Madrid? Klub asal ibukota Spanyol yang begitu populer di dunia atas raihan prestasi mereka di liga domestik maupun Eropa. Akademi El Real juga merupakan salah satu penghasil pebola terbaik di dunia. Banyak bintang sepakbola lahir dari tim junior Real Madrid. Dan kini Daffa Imran menjadi kapten di salah satu tim junior tersebut.

Puja puji tak henti mengalir untuk Daffa yang dianggap sebagai salah satu putra terbaik bangsa. Namanya meroket dalam hitungan jam. Tak ketinggalan, Wali Kota Bekasi, Rahmat Effendi, pun memberikan Daffa penghargaan atas prestasi tersebut pada 10 Maret 2015 lalu (cek tautan berikut. ). Inspiratif. Itu mungkin kata yang paling sering terlontar untuk menggambarkan prestasi Daffa.

Belum usai euforia, selang 2-3 hari kemudian muncul kabar yang lebih menghebohkan: Daffa Imran ternyata bukan kapten Real Madrid U-15! Namanya bahkan tak terdaftar dalam skuat tim junior Los Blancos.

[caption id="attachment_402435" align="aligncenter" width="300" caption="sumber gambar: http://cdn.klimg.com/bola.net/library/p/headl"][/caption]

Fakta tersebut mengemuka setelah beberapa pihak melakukan pengecekan ke laman resmi Real Madrid. Ada banyak kelompok umur di tim junior Real Madrid: Castilla, Cadete, Juvenil, Alevin, dll. Nama Muhammad Daffa Imran tidak termasuk ke salah satunya. Untuk memastikan silakan cek tautan berikut.

Ternyata Daffa hanya mengikuti International Training Program, sebuah proyek pelatihan sepakbola usia dini hasil kerjasama antara Real Madrid Foundation (RMF) dan Adidas yang bisa diikuti siapapun asal lahir pada tahun 1998 atau 1999 dan sanggup membayar biaya pelatihan sekitar 1000 USD. Jika semua syarat terpenuhi, selama seminggu penuh maka mereka akan mendapat edukasi dan pelatihan sepakbola untuk usia dini dari pelatih berlisensi yang dipekerjakan oleh Real Madrid, berlatih dengan fasilitas nomor wahid di Valdebebas (kamp latihan milik Real Madrid), serta diajak wisata berkeliling kota Madrid. Mereka juga berkesempatan menyaksikan langsung penampilan Cristiano Ronaldo dkk di Santiago Bernabeu jika bersedia mengeluarkan biaya tambahan.

Hanya itu yang Daffa Imran lakukan. Tidak ada kaitan sama sekali dengan tim junior Real Madrid, apalagi menjadi kapten dan berpeluang promosi ke tim senior seperti yang digemborkan sebelumnya.

Eksploitasi anak. Hanya itu yang terlintas di pikiran saya terkait pemberitaan Daffa Imran. Dia tidak layak disalahkan. Jika ada yang harus dikambinghitamkan, salah satunya tentu Zuchli Imran Putra yang menyebarkan kabar bohong terkait sang anak. Meski setelah fakta terbongkar dia mengelak dengan mengatakan itu hanya kesalahpahaman semata. Bayangkan, betapa besar kini beban psikologis di pundak Daffa. Saya tidak yakin mentalnya sudah cukup kuat menanggung pemberitaan (yang ternyata) tidak benar. Apalagi resiko bullying tentunya tidak dapat dihindarkan

Saya juga sangat menyayangkan media yang memiliki andil terbesar dalam menyebarkan kabar tidak benar tentang Daffa yang menjadi kapten Real Madrid U-15. Entah sudah berapa banyak media yang begitu membanggakan prestasi Daffa namun beberapa hari kemudian menulis yang sebaliknya seolah tak berdosa. Satu media menulis "kabar A", lalu semua ikut menulis "kabar A". Beberapa diantaranya bahkan hanya copy-paste. Seburuk itukah kualitas jurnalisme di Indonesia? Apa tidak ada satupun media yang melakukan kroscek sebelum memuat berita tersebut? Pertanyaan serupa juga berlaku untuk Pemkot dan Wali Kota Bekasi.

Mungkin ini terlihat seperti persoalan sepele, namun mestinya bisa dijadikan pelajaran untuk meningkatkan kualitas jurnalisme di Indonesia yang belakangan semakin buruk di mata masyarakat. Bukan hanya soal kualitas konten yang dianggap tak lagi mengedukasi namun desas desus tentang keberpihakan beberapa media pada pihak-pihak tertentu. Lalu harus kepada siapa lagi masyarakat percaya?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun