Mohon tunggu...
hony irawan
hony irawan Mohon Tunggu... Konsultan - Penggiat Advokasi dan Komunikasi Isu Sosial, Budaya dan Kesehatan Lingkungan

pelajar, pekerja,teman, anak, suami dan ayah

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

"King Salman" dan Strategi Memenangkan Opini Publik

5 Maret 2017   09:25 Diperbarui: 5 Maret 2017   10:46 321
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Melihat fenomena opini publik terhadap kunjungan Raja Salman ke Indonesia, dan bagaimana opini publik terhadap investasi China dan Amerika, jadi teringat apa kata Stuart Ewen: “The history of PR is a history of a battle for what is really and how people will see and understand reality.”

Dalam dua minggu belakangan kita masyarakat Indonesia semakin dibanjiri berita tentang rencana hingga kedatangan Raja Salman bin Abdulaziz al-Saud. Ramai di media sosial memaknai kedatangan rombongan raja Arab Saudi ini sebagai bentuk dukungan terhadap umat muslim setelah sebelumnya diberitakan di media-media nasional dan internasional tentang serial aksi damai dengan jumlah massa yang luar biasa berlangsung tertib dan aman. Namun tak sedikit pula yang menyoroti tentang kondisi ekonomi kerajaan Arab Saudi yang kini perlu mengalihkan sumber pendapatannya dari sektor minyak ke sektor lain dengan kian menipisnya cadangan minyak yang dimiliki serta merosotnya harga minyak internasional.

Yang menarik adalah, publik yang sedang “berseteru” terkait dengan pilkada DKI dan dakwaan kasus penistaan agama oleh Basuki Tjahaya Purnama (BTP) alias Ahok, baik di media mainstream dan media sosial menanggapi kedatangan raja Salman dengan positif, dan cenderung memaknainya dari sudut pandang yang memperkuat dukungan terhadap kelompoknya. Boleh dikatakan tidak ada penolakan terhadap maksud dan tujuan atau hal lain dari kehadirannya bersama rombongan, tapi justru memunculkan harapan untuk menjadi solusi bagi perbaikan perekonomian Indonesia. Terlepas apakah harapan akan sesuai dengan kenyataan, namun bagaimana opini publik di Indonesia dapat dimenangkan, menarik untuk kita cermati.

Transparansi

Kita lihat dari bagaimana rencana kedatangan Raja Salman diberitakan di berbagai media mainstream dan media sosial yang kemudian mengkonstruksi opini publik. Transparansi kehadiran dengan jumlah rombongan yang jelas, rencana kunjungan, proses  persiapan, serta berbagai perlengkapan dari eskavator khusus, kendaraan pribadi bahkan konon sampai juru masak dan bahan-bahan masakan dibawa sendiri dari Arab Saudi. Ditambah lagi dengan sangat jelas, bahwa sewa hotel yang mencapai milyaran tidak menjadi beban tuan rumah yang dikunjungi, tapi disewa sindiri oleh yang bersangkutan. Sentimen positif juga dapat kita rasakan lewat bagaimana kemudian di media sosial, ibu-ibu saling bersenda gurau dengan foto-foto pangeran yang ikut serta dalam kunjungan. Selain juga bapak-bapak tak kalah antusias dengan memperbincangkan foto-foto yang katanya putri raja Salman tanpa hijab. Entah itu benar atau model dari India, namun semua memperkuat sinyal tanggapan positif dengan adanya transparansi kehadiran.

Momentum

Lebih jauh lagi transparansi kehadiran “King Salman” beserta rombongan seakan menjadi antitesa dari berbagai berita yang  berkembang tentang investasi dari China yang mungkin bagi sebagian besar masyarakat Indonesia terlihat samar-samar, termasuk gencarnya berita keberadaan banyak tenaga asing ilegal asal negeri tirai bambu. Dan yang juga penting, kehadiran Raja Salman dengan jumlah investasi besar dengan berbagai keringanan yang diberikan, dalam pandangan publik, seakan  menggungat sikap keras kepala perusahaan Amerika terhadap syarat-syarat yang diminta pemerintah Indonesia terkait dengan kontak karya Freeport.

Persuasi

Dalam berbagai kesempatan Raja Salman menegaskan akan pendiriannya yang merupakan cerminan kebijakan kerajaannya tentang kepeduliannya kepada permasalahan umat muslim di dunia yang diwujudkan dalam bentuk pernyataan (claim), namun juga memberi peringatan (warrant) terhadap berkembangnya paham radikal di sejumlah negara, disertai dengan pembuktian kongkrit (evidence) berupa bantuan untuk sektor pendidikan, kesehatan dan agama islam. Persuasi yang lebih terasa dekat secara ideologis dengan masyarakat Indonesia, ketimbang persuasi transaksional seperti yang cenderung diperlihatkan oleh investor China dan investor Amerika.

Ketiga faktor internal (dalam kendali Raja Salman) inilah yang menurut saya mengkristalisasi opini publik yang pada akhirnya dalam berbagai media sosial dapat kita rasakan dukungan masyarakat yang besar atas kehadirannya. Selain tentu saja faktor eksternal yaitu dari Indonesia sendiri yang sedang membuka kesempatan (baca: membutuhkan) investasi asing seluas-luasnya, dan harapan yang besar untuk menyeimbangkan kekuatan investasi dari China dan Amerika.

#sambilliburdirumah

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun