Separuh asa melayang,
di zaman penuh balutan luka,
akan masa-masa yang muram,
di atas bentangan tubuh yang terkulai.
Jiwa kami meronta rintih,
dalam temaran pukulan jahanam,
darah di dahi tak henti turun,
Ini bukan keringat sehabis kerja.
Kuping kami muak mendengar,
dentang senapan kaum bengis,
yang hanya cipta duka tangis di sini,
sampai kaum kerabat tersayat-sayat.
Kembali terulang tanpa ampun,
waktu lalu bagai datang lagi,
tidak berbeda dulu dan sekarang,
sama-sama ekasplor khaos,
peluru kembali berulah.
Operasi sana sini,
bukan memperkokoh damai,
tapi memutar memori derita,
yang rapi terekam dalam-dalam.
Hujan peluruh belum usang,
apakah ini penyebabnya damai alpa?
atau damai sakit dan dirawat?
Tuhan segala tahu, menanti jawabannya!
-
QC, 20102022
#PaceKumisTopiMiringÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H