Mohon tunggu...
honeybee
honeybee Mohon Tunggu... Freelancer - honeysaidah

Lucu namun banyak malu

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Pengecut

9 Oktober 2019   16:14 Diperbarui: 9 Oktober 2019   16:21 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Pengecut aku pengecut
Sembunyi dibalik diri
Dengan air mata mengucur deras
Tanpa daya menghentikan
Hingga dahi ngilu mengkerut
Tahan menahan agar tak terisak
Ternyata lebih parah sakitnya
Kata kata menusuk jiwa itu
Semakin lama semakin keras
Hingga kaki ini lemah memijak tanah
Dibawah kakiku kini
Yang kuanggap bukan milikku
Beban satu kata yang kutangkap
Dari setiap alunan murkanya
Aku beban
Aku pengecut
Hanya satu pintaku saat itu
Kuingat jelas dalam kalbu yang tak mau
Tak mau diam
Tak mau tenang
Hanya jika aku tak jadi kebahagiannya
Jauhkan aku sejauh mungkin
Jika itu halangiku tuk buatnya murka
Jika itu halangiku tuk buatnya terluka
Jika itu halangiku tuk buatnya berdosa
Harga diri tinggi yang kupegang
Buatku berdoa dengan teriakan hati
Jauh
Kumohon Tuhan
Jauh
Kumohon Tuhan
Jauh
Kumohon Tuhan
Aku hanya pengecut pecundang bahkan sampah
Yang takut melukai dan takut dilukai
Bila berdekatan
Bila berdampingan
Jauhkan aku dari wanita itu Tuhan
Kumohon dengan tulus
Bila kepergianku menjadi ketenangan
Dan mengurangi beban
Dia wanita mulia Tuhan
Tak pantas bila aku melukainya
Jauhkan aku darinya Tuhan
Kumohon
Aku pengecut
Aku pecundang
Aku sampah
Aku terlampau takut berdoa seperti itu
Takut ditinggalkan diabaikan dan dibuang
Hingga memilih berdoa supaya dapat meninggalkan tanpa mengabaikan tanpa membuang
Karena aku tahu sampai kapanpun ku tak bisa mengabaikan tak bisa membuang
Hanya bisa meninggalkan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun