Kognisi terbentang sepanjang rentang kehidupan manusia yang dimulai dari fetus hingga usia lanjut. Kognisi berkembang dalam bentuk peningkatan mengikuti pola-pola yang teratur sejak bayi hingga masa dewasa, dan beberapa kemampuan kognitif mengalami penurunan pada masa tua. Perubahan-perubahan ini dapat terjadi sebagai akibat proses-proses pematangan atau kemunduran neurologis dan fisik individu; keluarga, lingkungan sosial dan lingkungan pendidikannya; serta sebagai akibat interaksi antara perubahan fisik individu dengan lingkungannya.
Berhubungan dengan kognisi—dalam psikologi kognitif—perkembangan saraf menekankan pada perkembangan otak. Proses proses kognitif seperti persepsi, memori, pembayangan (imagery), bahasa, berpikir, dan pemecahan masalah didasarkan pada struktur dan proses-proses neurologis yang ada di dalam otak.
Perkembangan otak pada masa awal pranatal, otak masih belum bertumbuh secara sempurna. Pada permulaan trimester kedua, korteks serebral mulai terdiferensiasi dari spinal cord. Tujuh bulan kemudian, lobus-lobus penting mulai terbentuk. Pada bulan kesembilan, lobus-lobus tersebut mulai dapat dibedakan, dan invaginasi (lekukan permukaan) mulai tampak. Meskipun demikian, selama pertumbuhan pranatal, kognisi, dalam arti persepsi, pemrosesan bahasa, pikiran, dan memori masih berada pada fase embrionik dan perkembangan kognitif belum sepenuhnya muncul hingga pertengahan bulan kedua puluh.
Melihat pada sinapsis yang terbentuk, yang berhubungan dengan fungsi kognitif otak, ditemukan bahwa jumlah sinapsis meningkat hingga lebih kurang pada usia 2 tahun. Selanjutnya, secara alamiah, jumlah sinapsis berkurang hingga 50 persen, sementara dendrit meluas, lebih kompleks, dan semakin banyak, serta membentuk cabang-cabang.
Seperti yang dikatakan di awal bahwa lingkungan mempengaruhi perkembangan otak dan perkembangan kognitif. Ukuran otak tampaknya juga dipengaruhi oleh lingkungan. Hal ini dibuktikan dengan hasil penelitian yang menyatakan bahwa hewan peliharaan memiliki area korteks yang lebih kecil sekitar 10-20% dibandingkan hewan liar. Bayi manusia yang dibesarkan di lingkungan yang miskin stimulasi, seperti contoh yang populer adalah tentang anak yang diasuh oleh serigala, diperkirakan tidak mampu menghadapi pengalaman di tempat barunya.
Sekian, semoga bermanfaat...
Sumber Referensi:
Solso, R.L., Maclin, O.H., & Maclin, M.K. 2008. Psikologi Kognitif (dialihbahasakan oleh Mikael Rahardanto & Kristianto Batuadji). Jakarta: Penerbit Erlangga
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H