Mohon tunggu...
Moh Arie Setyawan
Moh Arie Setyawan Mohon Tunggu... Penulis - Writer

Freelance Writer

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

"Tuhan Mati, Tuhan Tetap Mati, Dan Kita Telah Membunuh-Nya"

5 Juni 2023   20:55 Diperbarui: 5 Juni 2023   21:03 370
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar : Ilustrasi Tuhan telah Mati | Adobe Stock

Dalam dunia filsafat, terdapat kutipan terkenal yang diucapkan oleh Friedrich Nietzsche yang mengguncang pandangan tradisional tentang agama dan eksistensi manusia: "Tuhan mati. Tuhan tetap mati. Dan kita telah membunuh-Nya." Kutipan ini berasal dari bukunya yang terkenal, "Thus Spoke Zarathustra." Meskipun ditulis pada abad ke-19, makna dan implikasi dari kutipan ini masih relevan hingga hari ini.

Pertama-tama, kita perlu memahami konteks filosofis yang melatarbelakangi pernyataan ini. Friedrich Nietzsche adalah seorang filsuf eksistensialis yang mempertanyakan dan menantang fondasi agama dan moralitas tradisional. Baginya, "Tuhan" melambangkan gagasan tentang otoritas moral mutlak yang diterima oleh masyarakat dalam bentuk agama. Dalam pandangannya, pemahaman tradisional tentang Tuhan yang ada pada zamannya sudah tidak relevan lagi. Oleh karena itu, ketika Nietzsche mengumumkan bahwa "Tuhan mati," dia menyatakan bahwa keyakinan manusia terhadap keberadaan Tuhan telah terkikis dan kehilangan daya tariknya.

Namun, Nietzsche tidak berhenti pada pernyataan itu saja. Dalam kutipan selanjutnya, "Tuhan tetap mati," dia menegaskan bahwa konsepsi Tuhan sebagai entitas transenden atau ilahi tetap tidak berlaku dalam pandangan dunia modern. Dalam masyarakat yang semakin sekuler dan ilmiah, gagasan tentang Tuhan sebagai kekuatan pemeliharaan moral mutlak semakin terpinggirkan.

Selanjutnya, Nietzsche menyatakan, "Dan kita telah membunuh-Nya." Ungkapan ini tidak dimaksudkan secara harfiah, melainkan sebagai pernyataan simbolis tentang bagaimana manusia telah membunuh konsepsi tradisional tentang Tuhan melalui perkembangan pikiran, pengetahuan, dan perkembangan sosial. Nietzsche berpendapat bahwa manusia telah menggantikan keyakinan dalam keberadaan Tuhan dengan nilai-nilai baru, seperti rasionalitas, ilmu pengetahuan, dan kekuatan manusia itu sendiri.

Contoh yang menggambarkan kutipan Nietzsche ini dapat kita temui dalam sejarah perkembangan masyarakat modern. Dalam beberapa abad terakhir, pengaruh agama sebagai otoritas moral utama telah berkurang secara signifikan di banyak masyarakat. Nilai-nilai sekuler, seperti kebebasan individu, hak asasi manusia, dan persamaan gender, telah menggantikan peran agama dalam menentukan tata nilai sosial.

Misalnya, pada abad ke-18, Revolusi Prancis melahirkan semangat kebebasan, kesetaraan, dan persaudaraan sebagai fondasi ideologi negara modern. Nilai-nilai ini menandai peralihan dari pengaruh agama yang dominan ke paham sekuler. Kemudian, dalam abad ke-19 dan ke-20, perkembangan ilmiah dan penemuan-penemuan besar seperti teori evolusi oleh Charles Darwin, teori relativitas oleh Albert Einstein, dan kemajuan dalam bidang psikologi serta ilmu sosial, semakin menggoyahkan keyakinan tradisional dalam agama. Penemuan-penemuan ini menawarkan penjelasan alternatif tentang asal usul dan sifat alam semesta, yang berdampak pada pemahaman manusia tentang keberadaan Tuhan.

Lebih jauh lagi, perubahan sosial dan perkembangan masyarakat modern telah melahirkan pluralitas keyakinan dan pandangan dunia yang beragam. Manusia kini memiliki kebebasan untuk memilih dan merumuskan keyakinan mereka sendiri, tanpa harus bergantung pada agama sebagai otoritas tunggal. Masyarakat sekuler yang lebih inklusif menerima keberagaman agama dan pandangan kehidupan, dan individu-individu memiliki kebebasan untuk menjalani hidup mereka sesuai dengan nilai-nilai yang mereka pilih.

Namun, walaupun Nietzsche mengumumkan "kematian Tuhan" dan mengkritik pengaruh agama, dia juga mengakui bahwa ketiadaan Tuhan bisa membawa konsekuensi yang kompleks. Dalam kekosongan yang ditinggalkan oleh kehilangan keyakinan tradisional, Nietzsche khawatir bahwa manusia akan terjebak dalam keadaan nihilisme, di mana segala makna dan tujuan hidup dihapuskan.

Oleh karena itu, makna dari kutipan Nietzsche ini mengingatkan kita untuk mempertimbangkan implikasi filosofis dan moral dari keberadaan atau ketiadaan Tuhan dalam kehidupan kita. Meskipun agama mungkin tidak lagi menjadi kekuatan sentral dalam mengatur moralitas dan pandangan dunia, penting bagi kita untuk menemukan landasan moral yang kokoh dan mencari makna dalam kehidupan kita.

Dalam kesimpulannya, kutipan terkenal Friedrich Nietzsche, "Tuhan mati. Tuhan tetap mati. Dan kita telah membunuh-Nya," mengajak kita untuk mempertanyakan dan merenungkan tentang peran agama dalam kehidupan manusia. Dengan melihat contoh nyata dalam perkembangan masyarakat modern, kita dapat melihat bagaimana agama telah kehilangan dominasinya sebagai otoritas moral dan pandangan dunia yang tunggal. Namun, pernyataan Nietzsche juga mengingatkan kita akan tantangan dan tanggung jawab kita untuk mencari makna, etika, dan tujuan hidup dalam dunia yang semakin sekuler dan pluralistik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun