Dalam melakukan budidaya tanaman, banyak faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Sebagai pelaku budidaya tanaman, hal ini menjadi faktor umum untuk diketahui agar tidak terjadi kendala atau permasalahan selama melakukan budidaya. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman terdapat faktor internal seperti gen atau aktivitas fisiologis tanaman dan faktor eksternal yaitu faktor lingkungan seperti suhu, cahaya matahari, air, nutrisi dan lain sebagainya.
Faktor eksternal seperti air di dalam dunia pertanian salah satu faktor yang penting bagi tanaman yang dibudidayakan. Air menjadi salah satu bahan dalam melakukan fotosintesis bagi tanaman, yang berarti tanpa adanya air, fotosintesis tidak akan berjalan. Dengan tidak terjadinya fotosintesis maka tanaman tidak dapat menghasilkan makanan dan energi sehingga tanaman tidak dapat melakukan aktivitas fisiologisnya. Hal ini memberikan dampak terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Untuk mengatur kebutuhan air pada tanaman dapat dilakukan sebuah Water Management atau Manajemen air atau manajemen pengelolaan air atau manajemen sumber daya air.
Water management merupakan sistem untuk merencanakan, mengatur, mengembangkan, mendistribusikan dan mengelola air atau sumber daya air dengan optimal untuk kebutuhan budidaya tanaman. Sektor pertanian merupakan konsumen utama dalam penggunaan air di dunia. Dengan luas lahan pertanian yang ada di dunia, sektor pertanian mengkonsumsi sebesar 70% air tawar yang ada di dunia. Oleh karena itu water management ini sangat diperlukan untuk menjaga sumber daya air agar dapat dimanfaatkan dengan optimal dengan melakukan pengelolaan dan perencanaan yang baik.
Water management ini sangat bermanfaat dalam sektor pertanian selain menjaga ketersediaan air dan mencegah pemborosan air, tanaman juga dapat mendapatkan sumber air dengan optimal dan akhirnya kebutuhan air tanaman terpenuhi. Pada lahan gambut, water management sangat membantu dalam menjaga kandungan mineral yang terdapat di dalam tanah gambut. Water management membantu dalam mengontrol pergerakan sumber daya air di tanah gambut untuk mencegah atau meminimalisir kerusakan didalam tanah gambut.
Di dalam sektor perkebunan kelapa sawit, water management sangat membantu mencukupi kebutuhan air perkebunan terkhusus dalam bulan kering. Difisit air pada tanaman kelapa sawit membuat tanaman kelapa sawit menjadi dominan bunga jantan karena pembentukan bunga betina terganggu. Salah satu contoh dalam penerapan water management di perkebunan kelapa sawit yaitu dimulai dengan pembuatan water bank atau kantong air yang dihubungkan ke blok – blok perkebunan sawit dengan parit. Water bank bermanfaat untuk menampung air hujan sehingga dapat dimanfaatkan ketika memasuki bulan kering. Terdapat juga sistem water bank yang dibuat di hulu aliran sungai dengan membuat “Stop Bund”. Water bank dibuat dengan sistem overflow supaya air dapat menyebar secara merata ke setiap bloknya.
Contoh lainnya dalam penerapan water management di perkebunan kelapa sawit yaitu dengan memperhatikan sistem irigasi dan drainasenya. Seperti pembuatan parit yang terbagi menjadi parit tersier, parit primer dan parit utama untuk mengatur ketersediaan dan keluarnya air. Parit utama berperan dalam pengaturan air yang langsung mengarah ke sungai. Di beberapa lahan perkebunan sawit, parit juga berfungsi sebagai aliran irigasi agar sawit tidak mengalami difisit air.
Pengaturan irigasi air melalui parit dapat dilakukan dengan menggunakan water gate atau pintu. Dengan menambahkan water gate dalam parit irigasi, proses water management menjadi dapat diatur dengan lebih baik. Sistem water gate memanfaatkan selisih elevasi air sehingga dapat mengatur keluar masuknya air di dalam lahan. Dalam sistem juga dapat menambahkan sistem overflow juga untuk melambat laju air sehingga tanah disekitar parit dapat menyerap air dengan optimal.
Contoh lainnya water management dapat dilihat yaitu di persawahan, dimana irigasi air di persawahan harus terjaga agar padi mendapatkan kondisi yang optimal untuk pertumbuhannya. Water management pada persawahan sudah ada sejak dahulu kala dengan menggunakan sistem overflow yang mengalirkan ke petak – petak sawah lainnya.
Terdapat juga sistem water management lainnya yang dikenal dengan nama “sistem lep”, dimana air sengaja digenangkan disuatu lahan tertentu dengan jangka waktu tertentu untuk memastikan tanah mencapai batas optimalnya dalam menampung air sehingga kebutuhan air tanaman dapat tercukupi. Setelah mencapai jangka waktu tertentu, air akan dikeluarkan dengan sistem drainase sehingga lahan tidak lagi tergenang oleh air. Terdapat penelitian yang menunjukkan bahwa pertumbuhan tanaman menjadi optimal dengan menggunakan sistem lep ini karena kebutuhan air tanaman sudah tercukupi. Menurut dinas pertanian sistem lep ini juga menghemat 30% biaya untuk irigasi air dari sistem konvensional lainnya seperti menggunakan pipa – pipa.
Pada musim hujan, sering terjadi genangan air yang tidak diinginkan di lahan pertanian. Salah satu cara yang sering digunakan yaitu penggunaan sistem drainase. Namun terkadang masih beberapa titik yang masih bisa tergenang oleh air hujan. Terdapat sistem water management yang dapat diterapkan yaitu menggunakan pompa air. Pompa air dapat menyedot air dan mengeluarkan air dari lahan pertanian sehingga tanaman tidak lagi terendam. Genangan air tidak baik bagi pertumbuhan tanaman karena mengganggu penyerapan oksigen oleh akar tanaman.