Mohon tunggu...
Holy Vivian Christy
Holy Vivian Christy Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar Sekolah

Menyanyi dan Menari.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Hah Dibeda-bedakan?

23 Mei 2023   11:27 Diperbarui: 23 Mei 2023   11:43 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Halo Guys hari ini aku mau cerita tentang apa yang aku pernah alami. 

Ini terjadi saat sabtu kemaren, dimana aku lagi chatting sama kakak senior dipelayanan aku ini. 

Beberapa hari lagi ini bisa dibilang aku lagi melakukan projek pelayanan untuk acara komsel gabungan nanti. Seperti biasa sebelum acara itu berlangsung kita melakukan gladi bersih. Saat informasi gladi bersih keluar kita yang pelayanan usher tidak masuk ke list gladi.

Dan disaat itu juga aku langsung bilang ke senior aku ini bahwa, "Kak ini berarti usher gak perlu ikut lagi, ya?" Kakaknya langsung menjawab, "Tidak wajib sih." Saat kakaknya berkata seperti itu aku yang biasa aja, sih. Tapi dimana selanjutnya kakaknya bilang bahwa pemimpinnya bilang usher itu gak penting. Aku langsung campur aduk rasanya, ada kesal, sedih, kecewa, dll. Karena aku merasa selama ini sampai aku menjadi kordinator  sekarang, kerja keras aku itu tidak dihargai. Padahal untuk menjadi usher aja kita memerlukan komitmen yang penuh untuk pelayanan, komsel, pergi menara doa. 

Juga, walaupun usher pelayanan dibelakang layar, usher ini loh yang berkontribusi lebih banyak dibelakang layar. Dimana kita yang menyapa jemaat, mengantarkan jemaat ketempat duduk, mempersiapkan konsumsi untuk pelayanan lain, menghitung persembahan, dll.  Tapi, disaat itu aku diingatkan Tuhan melalui mama aku bahwa, aku itu pelayanan bukan untuk dikomentarkan oranglain, tapi aku pelayanan untuk Tuhan, dimana aku pelayanan berarti aku menyerahkan setiap roh, jiwa, tubuh ini kepada Tuhan. Dan mama aku bilang bahwa aku juga harus berhati-hati karena itu juga bisa adalah cobaan dari iblis kepada kita. 

Sekian cerita aku,

Terima Kasih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun