“Negara ini, Republik Indonesia, bukan milik kelompok mana pun, juga agama, atau kelompok etnis mana pun, atau kelompok dengan adat dan tradisi apa pun, tetapi milik kita semua dari Sabang sampai Merauke!” -Ir. SoekarnoBaru-baru ini saya diajarkan tentang nasionalisme, lebih tepatnya nasionalisme pada masa pergerakan nasional. Perjuangan bangsa Indonesia melawan kolonialisme setelah tahun 1908.
Nasionalisme lahir setelah tahun 1908 dimana perjuangan melawan kolonialisme itu dipimpin dan digerakkan oleh kaum terpelajar. Tidak bersifat kedaerahan (lokal), tetapi menjadi bersifat nasional atau bekerja sama antardaerah. Perjuangan mulai menggunakan jalur organisasi dan memiliki visi dan misi yang jelas, yaitu Indonesia yang merdeka.
Apa itu Nasionalisme sebenarnya? Nasionalisme adalah rasa, kesadaran, dan kesetiaan bahwa suatu bangsa adalah suatu keluarga dan karena rasa keluarga itulah negara dibentuk.
Rasa nasionalisme mendorong lahirnya persatuan dan kesatuan, salah satunya lahirnya organisasi pergerakan nasional Indonesia. Ada dua faktor yang memicu gerajan nasionalisme di Indonesia, ada faktor internal dan faktor eksternal.
Pemerintah kolonial Belanda melakukan penindasan, kekejaman, eksploitasi, dan ketidakadilan. Kondisi sosial, politik, dan ekonomi yang parah menimbulkan kebencian. Munculnya kaum terpelajar, golongan elite bangsa Indonesia yang mengenyam pendidikan modern, seperti Sukarno dan Ki Hajar Dewantara. Melalui pendidikan yang dianggap berhasil melahirkan golongan intelektual.
Kemenangan Jepang atas Rusia pada 1905 menyadarkan bangsa Indonesia bahwa bangsa Barat tidak selalu superior, karena bangsa Asia dapat mengalahkan bangsa Barat. Masuk dan berkembangnya paham baru seperti liberalisme, demokrasi, dan nasionalisme, membangkitkan golongan terpelajar untuk berjuang membebaskan diri dari penjajahan.
Tantangan pelajar dalam menghargai nilai-nilai nasionalisme dan rasa persatuan/kesatuan bervariasi. Pertama, pengaruh media asing dapat membuat pelajar lebih terpapar budaya asing, dan dapat mengurangi rasa kebanggaan dan nasionalisme.
Kedua, sistem pendidikan juga dapat menjadi pengaruh karena kurang penekanan yang cukup pada pembelajaran sejarah dan nilai-nilainya. Pelajar mungkin kurang memahami betapa pentingnya persatuan nasional.
Dengan kata lain, Bangsa Indonesia telah dijajah oleh generasi muda bukan dalam arti fisik, melainkan dijajah secara ideologinya. Maka dari itu, pendidikan media juga dapat membantu pelajar untuk memahami media global. Meningkatkan penekanan terhadap konten sejarah dan kebudayaan nasional, serta memastikan metode pengajaran yang menarik.
Menghargai nilai-nilai nasionalisme dapat menciptakan rasa kebanggaan terhadap diri menjadi bagian dari suatu bangsa. Rasa persatuan dna kesatuan nasional ini dapat mengatasi perbedaan-perbedaan yang ada di masyarakat, seperti agama. Ketika masyarakat bersatu dalam nasionalisme, maka mereka akan memiliki rasa untuk bekerja sama mengatasi masaljah dan memperkuat bangsanya.
Dimulai dari hal sederhana, seperti mengikuti upacara dan peringatan hari kemerdekaan. Dengan membaca juga dapat meningkatkan pemahaman tentang nasionalisme, serta mempelajari dan menghormati budaya dan agama dalam masyarakat.