Mohon tunggu...
holijah paliza
holijah paliza Mohon Tunggu... Relawan - ktp
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

julpadli rambe

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Menyoal New Normal di Tengah Masih Bertambahnya Kasus Positif Corona

31 Mei 2020   17:04 Diperbarui: 31 Mei 2020   16:57 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

EDITOR : JULPADLI RAMBE

Belakangan ini pemerintah gencar menyatakan masyarakat bersiap untuk menjalani kehidupan normal baru (New Normal) dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan. New normal di tengah pandemi Covid-19 sudah mulai digaungkan hampir di setiap daerah. 

New normal merupakan istilah yg merujuk kepada pola hidup baru meskipun pandemi belum usai selain itu New normal adalah perubahan perilaku untuk tetap menjalankan aktivitas normal seperti biasanya. Rencana pemberlakuan new normal yg tengah disosialisasikan pemerintah terus menuai kritik dari masyarakat. 

Penulis menilai New normal belum semestinya diberlakukan pemerintah, karena jumlah pertambahan kasus yg masih  cukup tinggi. Saat ini saja PSBB masih belum dikatakan efektif karena masih banyak masyarakat beraktifitas diluar rumah tanpa menggunakan masker dan tidak mengindahkan sosial distancing. 

sementara data laporan dari situs kemenkes tanggal 30 mei 2020 kasus positif korona masih bertambah sebanyak 557 kasus dengan jumlah 25.773 positif korona di seluruh Indonesia. dari data ini yg masih terus bertambah dan apabila aktivitas masyarakat akan kembali dibuka maka tidak menutup kemungkinan penambahan pasien positif korona akan bertambah banyak. jika pemerintah terus memaksakan diri untuk memberlakukan kebijakan new normal menurut saya justru akan mengkhawatirkan. 

Jika melihat data, kurva korona sama sekali belum turun, padahal inilah dasar paling diterima akal apakah kebijakan new normal efektif untuk diberlakukan. 

Pemerintah seakan akan terburu buru mengambil kebijakan new normal ini, padahal kebijakan ini dinilai tidak efektif jika kasus positif Covid-19 belum mengalami penurunan. Alih alih memperbaiki ekonomi justru akan mengancam nyawa rakyat Indonesia. 

Disamping itu pemerintah harus melihat dampak buruk jika kebijakan new normal ini diterapkan, menurut penulis jika alasan utamanya untuk memperbaiki perekonomian, itu menjadi kebijakan yg salah besar. perekonomian bisa diperbaiki tetapi rakyat yg meninggal akibat korona ini tidak bisa dihidupkan kembali. 

Selama ini aturan yg diberlakukan pemerintah justru mengundang kontroversi karena aturan itu sendiri banyak dilanggar oleh pemerintah misalnya seperti konser yg diadakan BPIP walaupun bertajuk konser amal tapi dinilai melanggar aturan PSBB itu sendiri. Jadi kesimpulan tulisan ini adalah kurang eloknya jika pemerintah menerapkan aturan New Normal ini jika kurva positif korona terus bertambah setiap harinya. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun