Pisang merupakan salah satu buah-buahan yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Luas panen dan produksi pisang menempati posisi pertama dibandingkan dengan total produksi buah-buahan lainnya. Indonesia merupakan salah satu negara pengekspor pisang, akan tetapi volume ekspor pisang semakin lama semakin menurun (BPS, 2004). Salah satu masalah yang dihadapi adalah kehilangan hasil yang cukup tinggi yang disebabkan oleh serangan penyakit yang dapat menyebabkan kematian serta menurunkan mutu produk.
Layu Fusarium yang disebabkan oleh Fusarium oxysporum Schlect f. sp. Cubense merupakan salah satu penyakit utama pisang yang menghancurkan pertanaman pisang komersial di dunia dan telah menyebar luas di Asia, Amerika (Latin), dan Australia (Cahyana, 2006). Kerusakan pertanaman pisang tersebut disebabkan oleh Fusarium oxysporum ras 4.
Pisang Ambon Kuning merupakan salah satu jenis pisang dengan nilai ekonomis tinggi, akan tetapi sangat rentan terhadap penyakit layu fusarium (Sumardiyono, 2000). Cara yang paling efektif dan efisien untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah penggunaan varietas tahan, namun demikian hingga saat ini belum diperoleh varietas pisang ambon kuning yang tahan terhadap penyakit layu fusarium.
Pisang berkembang biak secara vegetatif sehingga persilangan untuk mendapatkan varietas baru tidak dapat dilakukan. Metode transformasi genetik telah banyak dilakukan pada berbagai sifat tanaman dan telah menghasilkan berbagai varietas tanaman dengan sifat-sifat tertentu. Ada tiga faktor yang harus dipenuhi dalam rekayasa genetik, yaitu ketersediaan gen yang diintroduksikan, sistem transformasi gen ke dalam genom tanaman target dan sistem regenerasi sel-sel transforman menjadi planlet atau tanaman.
Salah satu metode yang digunakan untuk mendapatkan tanaman pisang ambon yang tahan terhadap penyakit anti layu Fusarium  ialah dengan  transformasi genetik menggunakan gen yang menghasilkan protein antifungal, yaitu gen kitinase (chi gene) yang mengekspresikan enzim kitinase (Poly1,4-(N-acetyl--D-glucosaminidase) glycanohydrolase). Enzim kitinase pada tanaman merupakan bagian dari sistem pertahanan alami, diproduksi secara konstitutif dalam jumlah sedikit dan akan meningkat secara simultan sebagai respon terhadap stres lingkungan, serangan patogen, luka maupun penuaan (Graham dan Sticlen, 1994).
Salah satu tahapan penting yang harus dilalui dalam sistem transformasi untuk mendapatkan tanaman transgenik adalah seleksi. Tersedianya metode seleksi sangat diperlukan untuk menyeleksi sel-sel transforman. Seleksi tahap awal yang biasa dilakukan adalah dengan menumbuhkan eksplan hasil transformasi pada medium seleksi yang mengandung antibiotik tertentu sesuai gen yang dibawa dalam vektor. Vektor pCambia 1302 membawa gen hpt yang merupakan gen penyandi ketahanan higromisin sehingga seleksi sel-sel transforman dapat dilakukan dengan menggunakan antibiotik tersebut dan Untuk memastikan insersi gen ke dalam genom tanaman pisang maka diperlukan uji molekuler dengan teknik PCR (Polymerase Chain Reaction).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H