Mohon tunggu...
Handoko Jafar
Handoko Jafar Mohon Tunggu... Dosen - @pena tanpa tinta

Iqra' wa uktub

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Mendefinisikan Ulang Kata Cinta

15 Mei 2024   09:45 Diperbarui: 15 Mei 2024   09:53 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cupid is Dead

Aphrodite in Heat

Pengertian kata cinta bagi Joe Tempest, vokalis Europe, band rock 80-an adalah tak lebih sebagai kata lain untuk diucapkan. Ia bilang dalam single hitnya I'll Cry for You, single kedua dari Prisoner in Paradise (1991) bahwa Love is just another word to say. Nampaknya, ini sangat bertentangan dengan apa yang diyakini Antony Kiddies (Red Hot Chili Pepper) bahwa cinta merupakan satu kata terpanas yang pernah ada di dunia; the hottest word in the world.

Dalam pencariannya, cinta menjadi sangat sulit untuk ditemukan, terlebih di biro jodoh ataupun di layanan short message service; chat n' date. Tidak sesemudah seorang rock star yang flamboyan, yang suka mengumbar kata cinta dan menempatkannya tak ubahnya sebagaimana kata-kata lainnya. Atau kebalikannya, saking sakralnya, kata cinta malah menjadi begitu panas; hotter than hell sulit dijangkau dan direngkuh. Hal termudah terkait dengan kata cinta adalah sekadar cukup untuk diaklamasikan.

Dan jika dikaitkan dengan hari raya Qur'ban, tentunya yang muncul adalah kejelasan definitif kata cinta yang memang identik dengan pengorbanan. Cinta adalah pengorbanan, biasanya fase awalnya berupa minimal korban perasaan sebagaimana Ibrahim as yang mengorbankan perasaannya atas perintah penyembelihan anak kinasihnya sendiri, love is sacrifice atau to love is to sacrifice. Kata kunci sukses tidaknya mereguk cinta adalah berani mengambil sikap membunuh rasa, meski Rhoma Irama bilang,"Teganya-teganya" mengamini Nazareth dalam lagunya, Love Hurt (1974). Sebab yang demikian itu lebih baik dari pada berlebihan dalam bercinta. Konsekuensinya yang mendapat perhatian serius dari  gitaris Brian May (Queen, 1992) dalam lirik bijaknya, Too Much Love Will Kill You.

Dalam perjalanannya, cinta di kondisi teks kekinian telah menemukan formasi asingya. Seiring dengan perkembangan maupun perubahan zaman, cinta telah memasuki gerbang paduan hati nyaris tanpa rasa, yang ada adalah situasi dan kondisi yang memaksa orang untuk belajar mencintai, learn how to love and forget how to hate sehingga seseorang jika lagi jatuh cinta untuk kesekian kalinya, yang ada bukannya nyanyian jatuh cinta berjuta rasanya tapi jatuh cinta aduh betapa tidak ada rasanya. Bin Hard, pemerhati cinta dalam salah satu tulisannya menyebutkan ketidakterlibatan emotional feeling di era angka-angka ketika cinta diukur dalam batasan digital.

Saat ini, kadar cinta tidak perlu diperjelas dengan pertanyaan, How deepest your love? (Bee Gees, 1977). Pertanyaan hanya akan merepotkan proses percintaan, menghambat perjalanannya dan pastinya memperlambat jenjang pernikahan. Cinta tak perlu jelas diekspresikan, there is a hole in my heart that only can be filled by you (Garry Cherone, Extreme: Love Song, 1991) atau you always have a place within my heart (Mike Tramp, White Lion: Till Death Do Us Apart, 1989).

Dalam pandangan kaca mata kuda saya, hari ini cinta menjadi hal yang biasa, tidak sebombatis cintanya Qais al-Qarni ataupun Laila Majnun. Cinta adalah hal yang boleh dibilang sederhana pada akhirnya, tidak sesepektakuler cintanya Zulaika kepada Yusuf as. Dan rasa-rasanya, cinta gak perlu disandingkan dengan cinta anehnya Rabiah al-Adawiyah. Sebab menurut Rudi Sujarwo, cinta adalah nama dalam filmnya, Ada Apa dengan Cinta dan bagi seorang mama, cinta adalah anaknya yang benama Laura.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun