[caption caption="Replika Kongres Pemuda di Museum Sumpah Pemuda"][/caption]
Barangkali sebelum mendalami artikel ini, ada baiknya pembaca menyimak lebih dulu cerita di bawah ini.
1. Seorang teman saya bercerita, anak guru lesnya yang bersekolah di sebuah TK internasional bilingual memperoleh nilai sangat buruk di pelajaran bahasa Indonesia. Teman saya memperlihatkan contoh ujian anak TK tersebut dan tebak, titik pada kalimat "Saya memecahkan vas bunga" malah dihubungkan dengan "Terima kasih" dan bukannya "Saya minta maaf"!
2. Sebuah perusahaan mesin pencari (search engine) di Beijing mengundang mahasiswa Indonesia untuk menghadiri seminar mereka. Dari awal, bahasa yang dipakai oleh pembicara adalah Bahasa Indonesia (pembicaranya orang Indonesia). Kira-kira beberapa waktu berselang, datanglah 2 orang berkewarganegaraan asing. Agar 2 orang ini dapat mengerti seluruh isi seminar, maka pembicara meneruskan seminar dengan berbahasa Inggris.
3. Di lain kesempatan, dalam sebuah acara pemilihan ketua umum organisasi mahasiswa di Beijing, seorang peserta berdiri dan menyarankan agar kedua kandidat berbicara bahasa Indonesia dengan baik, tanpa tercampur bahasa Inggris. Penulis akui, selama penjelasan program kedua kandidat kerap kali mencampuradukkan bahasa Indonesia dengan bahasa Inggris. Banyak peserta lain menilai, saran seperti ini tidak penting.
4. Â Di universitas penulis, sebuah organisasi mahasiswa Indonesia mengedit sebuah poster perekrutan yang akan segera disebar di media sosial, dan para pengurusnya meminta pendapat apakah poster ini sudah layak sebar. Poster ditulis seperti ini: "WE NEED YOU TO BE ONE OF US" dan di bawahnya tulisan dilanjutkan dengan bahasa Indonesia. Penulis sempat memberikan saran, apakah tidak lebih baik jika kalimat tersebut diganti menjadi "KAMI MEMBUTUHKAN ANDA", mengingat poster ini hanya ditujukan kepada orang Indonesia saja di universitas penulis. Sepertinya karena faktor tergesa-gesa, maka saran penulis tidak digubris.
[caption caption="Mohammad Yamin"]
Bagaimana dengan sekarang? 70 tahun sesudah negeri ini merdeka, banyak yang bilang kita belum merdeka. Kita masih dibelenggu oleh rantai penjajahan ini dan itu. Tapi banyak yang tidak memerhatikan bahwa kita juga sedang terancam penjajahan. Ya, penjajahan oleh imperialisme bahasa.
Apa itu imperialisme bahasa? Imperalisme bahasa (Robert Phillipson, 1992) adalah kondisi yang melibatkan transfer bahasa yang dominan kepada bahasa lain. Tentu saja di sini bahasa yang dominan diartikan dengan bahasa Inggris. Selain faktor historis yang memungkinkan bahasa Inggris dipakai menjadi bahasa internasional, tentu tidak dapat dipungkiri peran teknologi seperti radio, televisi, dan internet memungkinkan kita setiap hari tersentuh bahasa Inggris.
Mengapa orang Indonesia mudah sekali termakan imperialisme bahasa Inggris? Menurut Phillipson hal ini dikarenakan: