Mohon tunggu...
Hoirina Ramadhanti
Hoirina Ramadhanti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa IAI Syarifuddin

Mahasiswa bimbingan dan konseling islam

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

psikologi kognitif dalam proses belajar mengajar

22 Desember 2024   14:02 Diperbarui: 22 Desember 2024   14:02 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Belajar merupakan salah satu kebutuhan terpenting dalam kehidupan manusia bertahan dan kembangkan diri. Dalam dunia pendidikan, pembelajaran merupakan kegiatan utama yang menyelenggarakan proses belajar mengajar. dengan belajar seseorang yang dapat memahami konsep baru atau mengubah perilaku atau sikap, dan keterampilan. Disadari atau tidak, semua orang memang melakukan aktivitas belajar, karena aktivitas belajar tidak dapat dipisahkan dari kehidupan seseorang (Anidar,2017). Peran psikologi kognitif dalam pemrosesan informasi tidak terbantahkan diberikan kepada siswa dalam keadaan bawah sadar. dengan menerapkan psikologi dalam pendidikan, guru harus memastikan bahwa siswa berpartisipasi dalam proses pembelajaran.

Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa, baik ketika ia berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarganya sendiri.

Oleh karena itu pemahaman yang benar mengenai arti belajar dengan segala aspek, bentuk, dan manifestasinya menurut Ahmad Tafsir (2003:33), mutlak diperlukan oleh para pendidik khususnya para guru. Kekeliruan atau ketidaklengkapan persepsi mereka terhadap proses belajar dan hal-hal yang berkaitan dengannya mungkin akan mengakibatkan kurang bermutunya hasil pembelajaran yang dicapai peserta didik.

Konsep pendidikan pada hakikatnya adalah pelayanan yang khusus diperuntukan bagi siswa (orang-orang yang sedang belajar).keberadaaan psikologi pendididkan pada dasar nya adalah untuk mempermudah pendidik dalam menerapkan proses belajar mengajar. Dengan mempelajari psikologi pendidikan, paling tidak para calon guru atau guru telah mendapat gambaran mengenai kondisi dan situasi keberadaan diri pribadi, peserta didik dan lembaga pendidikan (Suryabrata, 2004).

Pada proses penyelenggaraan pendidikan Sekolah Dasar (SD) atau Madarasah Ibtidaiyah (MI), pemahaman tentang perkembangan kognitif anak usia dasar sangat penting untuk menjadi acuan dalam rangka mendidik dan mengajar. Kegiatan belajar mengajar (KBM) akan maksimal apabila materi ajar yang disampaikan dapat dipahami oleh anak. Hal tersebut dapat terjadi ketika tingkat kesukaran materi sesuai dengan taraf kemampuan berfikir anak. Selain dari pada materi ajar, pemahaman tentang perkembangan kognitif anak juga menjadi pedoman dalam menentukan strategi, model, metode dan tekok evaluasi dalam pembelajaran. Anak akan mudah paham apabila materi yang disampaikan oleh guru menggunakan metode yang sesuai dengan kemampuan berfkir anak. Misalnya, ketika belajar tentang Ilmu Pengetahuan Alam, guru tidak cukup dengan metode ceramah saja, guru mesti menggunakan metode eksperimen (praktek) atau memberikan contoh langsung terkait objek yang dipelajari (modelling), sebab kemampuan berfikir anak usia dasar (7-11 tahun) berada pada level berfikir konkret (nyata) bukan bersifat khayalan atau sesuatu yang abstrak. Dengan demikian, pemahaman tentang perkembangan kognitif anak usia dasar bukan suatu pemahaman yang dapat dianggap remeh, melainkan pemahaman yang sangat penting terhadap keberhasilan suatu proses KBM khususnya pencapaian pada kompetensi kognitif anak.

pembelajaran di sekolah tidaklah mudah untuk diaplikasikan, guru sering dihadapkan dengan bermacam-macam masalah termasuk di dalamnya dalam menentukan teknik, metode dan media yang sesuai dengan karakter siswa. Persoalannya adalah di sekolah berbagai macam pula karakterisktik siswa. Sejumlah siswa mungkin dapat menempuh kegiatan belajarnya secara lancar dan berhasil tanpa mengalami kesulitan, tetapi di sisi lain tidak sedikit pula siswa yang justru dalam belajarnya mengalami berbagai kesulitan. 

Sebagai seorang guru yang sehari-hari mengajar di sekolah, tentunya tidak jarang harus menangani anak-anak yang mengalami kesulitan dalam belajar. Anak-anak sepertinya sulit sekali menerima materi pelajaran, baik pelajaran membaca, menulis, serta berhitung. Hal ini terkadang membuat guru menjadi frustasi memikirkan bagaimana menghadapi anak-anak seperti ini. Demikian juga para orang tua yang memiliki anak-anak yang memiliki kesulitan dalam belajar. Harapan agar anak mereka menjadi anak yang pandai, mendapatkan nilai yang baik di sekolah menambah kesedihan mereka ketika melihat kenyataan bahwa anak-anak mereka kesulitan dalam belajar. 

Dalam praktek belajar, teori kognitif terwujud dalam: "tahap-tahap perkembangan belajar" oleh Jean Piaget, "belajar bermakna" oleh Ausuber, dan "belajar penemuan secara bebas" (free discovery learning) oleh Jerome Bruner. Ini mendasari ilmu pengetahuan yang menurut kognitifist dibangun dalam diri seseorang melalui proses interaksi dengan lingkungan yang berkesinambungan. Proses ini tidak terpisah-pisah, tetapi merupakan proses yang mengalir serta sambung-menyambung, dan menyeluruh. Seperti halnya proses membaca, bukan sekedar menggabungkan alfabet-alfabet yang terpisah-pisah; tetapi menggabungkan kata, kalimat atau paragraf yang diserap dalam pikiran dan kesemuanya itu menjadi satu, mengalir total secara bersamaan.

Dalam pendidikan tentunya terdapat sebuah proses yang disebut dengan proese pembelajaran. Pembelajaran pada hakikatnya merupakan proses interaksi antara siswa dengan siswa, siswa dengan sumber belajar, dan siswa dengan pendidik. Pembelajaran akan bermakna jika diadakan di tempat dan lingkungan yang dapat memberikan mensuport dengan baik dalam proses belajar. Pembelajaran merukan proses penting dan mempengaruhi antara guru dan siswa dalam hal ini proses yang berlangsung adalah guru mengajar dan siswa belajar. Menurut Mulyasa belajar dikatakan berhasil apabila peserta didik sama-sama, sebagian atau seluruhnya dapat aktif dalam proses pembelajaran baik fisik mental maupun sosial dalam proses belajar mengajar, disamping menunjukkan gairah semangat belajar yang tinggi, juga rasa percaya diri. Seorang dikatakan belajar apabila terdapat perubahan pada dirinya misalnya orang yang tidak bisa membaca kemudian dia belajar dan bisa membaca hal ini menunjukka bahwa teah terjadi proses belajar pada dirinya.

Kesimpulan

Psikologi kognitif memberikan kontribusi besar dalam memahami proses belajar dan pembelajaran. Dengan menerapkan prinsip-prinsipnya, guru dapat mengembangkan strategi pembelajaran yang lebih efektif dan relevan, membantu siswa mencapai potensi maksimal mereka. Di era pendidikan modern, integrasi psikologi kognitif dalam pembelajaran menjadi kunci untuk menciptakan generasi pembelajar yang adaptif dan inovatif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun