Marapu adalah sebuah agama atau kepercayaan yang diyakini oleh masyarakat sumba. Marapu melakukan ritual guna untuk menyembah roh nenek moyang dan para leluhur. Para penganut marapu meyakini bahwa dengan menyembah dan memuja para leluhur akan mendekatkan mereka pada tuhan, sehingga marapu dikatakan sebagai perantara hubungan antara manusia dengan tuhan.
Pemeluk agama marapu percaya bahwa kehidupan di dunia hanya sementara dan pada suatu saat nanti akan kembali untuk hidup kekal di dunia roh, yaitu surga yang biasa disebut sebagai "Prai Marapu". Tujuan dari pemujaan yaitu untuk mengadakan hubungan antara arwah leluhur dan arwah lainnya. Prosesi adat marapu dilakukan di tempat-tempat pemujaan, serta akan menyiapkan alat-alat dan bahan untuk digunakan dalam pemujaan dan ritual.
Agama marapu merupakan sebuah kebudayaan, dikatakan sebuah kebuyaan sosial masyarakat. Kehidupan mayarakat sumba timur diliputi oleh rasa keagamaan yang tinggi. Terlihat jelas bahwa marapu merupakan bagian dari kehidupan masyarakat dan sudah menjadi kebudayaan dan tradisi yang selalu dijaga dan dilestarikan. Karena, marapu merupakan sebuah kebudayaan yang turun-temurun dari nenek moyang.
Marapu dikatakan sebagai pedoman hidup karena dengan adanya marapu aspek kehidupan dan sosial akan terarah dan dengan adanya aturan-aturan yang sudah ada sejak dahulu. Aturan-aturan yang dimaksud dapat didefinisikan sebagai cara berperilaku dalam aspek kehidupan sosial menurut tata cara marapu. Misanya, dalam sikap dan tingkah laku.
Aturan tersebut hingga saat ini masih diterima dan diterapkan karena aturan ini bertujuan agar manusia menuju jalan yang lebih baik. Aturan marapu bukan saja tentang pedoman dan perilaku tetapi sebagai penolong, artinya ketika seorang manusia mampu melakukan dan menjalankan aturan-aturan yang ditetapkan dalam agama marapu, maka dia akan selamat karena sudah menjalankan aturan-atura dengan baik.
Perbedaan yang sangat jelas antara agama kristen dan agama marapu yaitu agama kristen melakukan ibadah dengan membaca alkitab. Sedangkan marapu melakukan ritual atau pemujaan dengan menyiapkan sesaji kepada roh halus yang berda di sekeliling masyarakat, maka roh tersebut akan menjaga dan melindungi masyarakat dan gangguan serta hal-hal buruk.
Sesaji merupakan sarana yang bisa digunakan atau disediakan dalam ritual diantaranya yaitu: kuda, sapi, dan kerbau. Semua sesajianyang telah disediakan di bawah ke orang yang pintar soal ilmu goib atau di sebut (Uma Marapu). Perbedaan lainnya, agama kristen dan agama marapu memiliki pebedaan dalam tata cara penguburan.Â
Agama kristen menguburkan jenazah dengan relatif waktu yang cepat dan tidak memerlukan persiapan yang begitu banyak. Tetapi, agama marapu jika melakukan upacara kematian harus menyiapkan segala sesuatu sehingga membutuhkan waktu yang cukup lama. Agama marapu bisa menyimpan mayat dengan kurun waktu bertahun-tahun. Persiapan yang dilakukan untuk melakukan proses penguburan yaitu:
- Pa handangu (membangunkan)
- Membangunkan bertujan untuk membuat rohnya berada kembali di dalam tubuhnya (jenazah), sehingga mulai untuk memberi makanan, minuman, dan sirih pinang.
- Membuat kuburan
- Pembuatan kuburan sesuai dengan selera dan kemampun masing-masing. Karena, kuburan antara raja dan rakyat biasa itu sangat berbeda. Biasanya kuburan para raja-raja diambil dari batu gunung sehingga proses ini biasa disebut tarik batu dan kuburan rakyat biasa dibuat seadanya saja. Bentuk dan keunikan batu kubur raja-raja memiliki daya tarik tersendiri karena memiliki ciri khas yang berbeda-beda. Dilihatnya dari bentuk kubur dan ukiran-ukiran yang diukir pada batu kubur.
- Dundangu (mengundang)
- Sebelum dilakukan mengundang terlebih dahulu harus ada kesepakatan antara pihak keluarga dalam mmbicarakan tentang hari dan tanggal untuk melakukan penguburan. Untuk melakukan kesepakatan itu sendiri dilakukan dengan musyawarah dalam vorum. Vorum pembicaraan hanya bisa diikuti kaum pria/bapak dan para petua adat setempat. Jika berbicara tentang hari dan tanggal harus dilakukan dengan ritual. Ritual yang dipakai biasanya menggunakan anak ayam, mereka melihat bagian organ dalam ayam seperti: hati, jantung, dan tali perut ayam. Jika dari ketiga unsur itu baik atau mendukung maka para leluhur menyetujui akan hari dan tanggal penguburan. Setelah selesai membicarakan hari dan tanggal penguburan barulah dibicarakan tentang keluarga mana-mana saja yang ingin di undang atau kabihu-kabihu mana saja yang pelu diundang. Mulai dari keluarga yang jauh sampai yang dekat. Proses mengundang dilakukan dilakukan oleh dua orang (wunang) yang ahli dalam berbahasa.
- Dalam setiap proses ritual adat disumba selalu dianggap keramat di karenakan oleh tempat serta benda-benda yang dipakai untuk memuja atau bersembayang memiliki aura mistis sehingga terlihat tempat tersebut keramat. Pada saat melakukan ritual pemujaan para penganut agama marapu diwajibkan kepada pria untuk memakai pakaian bagus dan rapi, ibu-bu diwajibkan untuk membawa bekal makanan, sedangkan para ratu diwajibkan memakai atribut berupa ikat kepala yang berwarna merah, baju putih, menggunakan halopa/ikat pinggang khas orang sumba dan membawa mbola pahapa yang talinya berwana merah. Tempat beribadah juga menjadi salah satu perbedaan yang terlihat jelas. Jika agama kristen beribadah di gereja berbeda pula dengan agama marapu yang melakukan pemujaan di dua tempat. Tempat pertama dilakukan di rumah  yang tidak didiami orang yang khusus untuk tempat bersembayang dan pemujaan yang dilakukan di tempat yang kedua yaitu di rumah yang didiami orang (merupakan tempat pemujaan terhadap marapu ratu) yang dilakukan pada waktu-waktu tertentu.
- Agama marapu merupakan sebuah kebudayaan atau tadisi yang sudah ada sejak dahulu yang diwariskan oleh nenek moyang. Terdapat berbagai macam perbedaan mulai dari tatanan ibadah hingga pada proses penguburan. Marapu merupakan agama yang sangat sakral karena memiliki unsur-unsur goib yang hanya bisa dilakukan oleh petua adat dan orang-orang yang ahli dalam ritual adat tersebut. Perbedaan yang terjadi bukan menjadi tolak ukur untuk membuat hubungan kekerabatan menjadi terputus. Tetapi, dengan saling menghargai akan membuat hubungan kekerabatan yang terjalin aka semakin erat. Tidak ada perbedaan yang terlihat karena tujuan dari ibadah yang dilakukan sama-sama ingin memuja tuhan, tetapi tata cara ibadahnya yang berbeda. Serta tujuan yang sama yaitu agar bisa masuk ke alam baka (surga). Hingga sekarang ini agama marapu masih di lestarikan dan sudh diakui dalam negara yang telah menjadi agama baru di indonesia. Marilah kita sebagai generasi bangsa ikut turut melestarikan dan menjaga budaya marapu, karena marapu adalah kebudayaan yang di wariskan oleh nnek moyang sejak jaman dahulu. Sumba merupakan pulau yang memiliki kebudaaan yang unk dan bisa menjadi daya tarik  masyarakat lokal dan manca negara. Kebudayaan marapu bisa terkenal bukan hanya dalam negeri tetapi pada luar negeri. "janganlah mencabut akar budaya yang sudah diwariskan tetapi marilah kita mengangkat keunikan budaya menjadi sebuah kekayaan sumba yang tak ternilai".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H