A. Penulisan Draf Karangan
Penulisan draf merupakan aktivitas yang dimulai dengan menata butir-butir gagasan secara hierarkis dan sistematis. Penataan butir-butir gagasan dilakukan secara hierarkis untuk menempatkan sifat hubungan antarkomponen tulisan. Dengan penataan itu, dapat ditempatkan hubungan antarkomponen yang setara atau bertingkat dalam sebuah paparan. Penataan butir-butir gagasan dilakukan secara sistematis untuk mewujudkan keteraturan hubungan antarkomponen. Keteraturan yang berlaku dalam karangan tampak pada pola penalaran yang diterapkan, keakuratan komponen dalam penalaran, kelengkapan komponen gagasan, dan kepaduan hubungan antarkomponen gagasan.
Penulisan draf merupakan aktivitas menyusun karangan secara utuh. Dengan kata lain, penulisan draf artikel itu merupakan proses pengungkapan butir-butir gagasan yang sudah tertata secara hierarkis dan sistematis sebagaimana yang sudah dituangkan dalam kerangka karangan. Sehubungan dengan itu, ada ketentuan-ketentuan prosedural yang patut diperhatikan. Akan tetapi, yang penting adalah kita segera menuliskan karangan berdasarkan kerangka yang sudah kita buat.
Penulisan draf karangan, sebagaimana dinyatakan oleh Brown (1978:144), merupakan salah satu kegiatan setelah persiapannya dilakukan. Untuk melihat posisi langkah penulisan draf karangan, rangkaian langkah kegiatan yang disebut Brown adalah sebagai berikut: (1) membaca semua kartu catatan, (2) mempertimbangkan semua materi yang sudah dipersiapkan, (3) memperhatikan kerangka tulisan, (4) mengelompokkan bahan-bahan dan catatan-catatan bahan tulisan berdasarkan topik dan menempatkan kelompok-kelompok bahan tulisan itu dalam kerangka tulisan, dan (5) menuliskan draf kasar tulisan.
Pengungkapan gagasan tidak selalu bersifat verbal, yakni pengungkapan dengan kata, frasa, kalimat, dan untaian kalimat, tetapi dapat juga bersifat visual. Pengungkapan visual itu berwujud tampilan-tampilan visual, seperti tabel, diagram, figurasi, organigram, dan poligon.
Ada yang perlu dipertimbangkan dalam menggunakan tampilan visual itu dalam karangan. Pertama, tampilan visual itu berfungsi sebagai materi suplemen terhadap tampilan verbal. Substansi utama tetap berupa tampilan verbal. Kedua,tampilan visual itu senantiasa menjadi bagian integral teks. Karena itu, keberadaan dan fungsi tampilan visual dapat dilihat dalam tampilan verbal dalam bentuk perujukan (penyebutan dalam teks verbalnya). Ketiga,tampilan visual yang mengganggu tampilan verbal perlu dihindari dengan menempatkan tampilan visual pada lampiran.
Banyak pengalaman yang kurang baik dalam proses penulisan draf sebuah karangan. Pertama,penulisan draf tidak bertolak dari kerangka yang relatif matang karena kerangka yang relatif matang itu belum dibuat. Akibatnya, terjadi kesalahan-kesalahan yang sebenarnya dapat dicegah sejak dini. Karena itu, menulis draf haruslah berdasarkan kerangka karangan yang relatif sudah matang. Periksalah kembali kerangka karangan kita sebelum kita menulis sebuah karangan.
Kedua,sifat malas untuk segera memulai menulis draf lazim menjadi sebab tidak segera terwujudnya draf karangan. Biasanya, ada ketidakjelasan apa yang akan dituliskan baik secara global maupun secara parsial jika sebuah tulisan belum diwujudkan. Selama ada keengganan untuk segera memulai menulis, ketidakjelasan itu tidak segera dapat dipecahkan. Bahkan, sering ada masalah yang baru diketahui draf sedang dan sudah dituliskan.
Ketiga,ada keengganan dan kekurangcermatan dalam mengumpulkan dan menata bahan-bahan tulisan. Hal itu menyulitkan kita dalam mewujudkan draf karangan. Salah satu penanda akibat keengganan itu adalah sibuknya kita mengumpulkan bahan tulisan ketika kita sedang menuliskan draf karangan. Karena itu, kumpulkanlah semua bahan selengkap-lengkapnya sebelum kita menuliskan draf karangan agar kita dapat menuliskan draf karangan dengan lancar.
Sehubungan dengan penulisan draf awal, saran Brown (1978:9) berikut layak diperhatikan. Segeralah mulai menulis! Jangan berlama-lama dengan judul atau tulisan awal yang baik. Keduanya dapat kita kerjakan belakangan. Apabila kita memiliki suatu tulisan awal dalam pikiran, hal itu merupakan gagasan yang baik untuk segera dituliskan. Kemudian, jika gagasan kita sudah jelas dalam tulisan, kita dapat kembali ke tulisan awal dan menuliskan yang lebih baik. Tulisan yang paling awal adalah tulisan yang bertele-tele dan kaku yang harus dituliskan kembali. Tuliskan saja segera jika dipandang perlu. Tuliskan draf awal sepenuh mungkin, bahkan kita mungkin memasukkan bahan-bahan ekstra atau berlebih. Bahan-bahan yang berlebih itu lebih mudah membuangnya daripada menambahnya.
Sekali lagi, jangan memiliki rasa enggan untuk memulai dan meneruskan kegiatan menulis draf karangan. Perlu kita sadari bahwa penulisan draf adalah satu proses yang harus kita lalui. Kita tidak perlu memiliki idealisme bahwa karangan kita langsung jadi. Karangan kita dalam bentuk teks awal adalah sebuah draf yang masih perlu direvisi dan diperbaiki.