Mohon tunggu...
hopyan nazakki
hopyan nazakki Mohon Tunggu... -

saya adalah mahasiswa uin sunan kalijaga fakultas sosial dan humaniora prodi ilmu komunikasi 2015

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Fenomena "Titip Absen" Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga

8 Desember 2015   12:36 Diperbarui: 8 Desember 2015   13:27 401
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Bangku kuliah merupakan tempat yang paling diinginkan oleh siswa/siswi yang telah lulus dari bangku SMA atau sederajat. Itu terbukti dengan membludaknya pendaftar di berbagai perguruan tinggi negeri di indonesia. Mereka saling bersaing untuk bisa diterima di perguruan tinggi yang mereka inginkan. Hal ini membuat banyak dari mereka harus bisa merelakan tidak bisa mencicipi bangku kuliah karena tidak lolos tes dan sebagian lagi dengan bahagia bisa lolos tes di perguruan tinggi yang menjadi impiannya.

Bagi peserta yang berkesempatan lolos tes untuk masuk di perguruan tinggi seharusnya menggunakan kesempatan tersebut sebaik-baiknya, karena selain dia bisa mencicipi bangku kuliah yang tidak semua orang bisa merasakannya. Dia juga berkesempatan untuk lebih berkualitas dari orang yang tidak bisa mencicipi bangku kuliah. Tapi kenyataannya, banyak dari kalangan mahasiswa malah menyianyiakan kesempatan yang tidak semua orang bisa mendapatkannya. Seperti fenomena TA (Titip Absen). Fenomena tersebut seakan menjadi lumrah bagi  sebagian kalangan mahasiswa.

Fenomena Titip Absen ini seakan menjadi budaya bagi mahasiswa yang malas untuk datang kuliah. Alasannya bermacam-macam. Mulai dari karena kesiangan, malas, lebih memilih jalan-jalan, dll. Maka meminta bantuan dengan menitip absen kepada teman sekelasnya menjadi solusi yang ampuh bagi mereka. Selain dia tidak harus datang kuliah, dia juga tetap dianggap hadir oleh dosennya, karena di absen sudah ada tanda tangan orang yang bersangkutan.

“Kenapa fenomena ini tetap berlanjut dari dulu sampai sekarang?” hal tersebut dikarenakan budaya TA tetap diwariskan oleh angkatan sebelumnya. Dan faktor lain yang membuat hal tersebut tetap berlangsung adalah karena kebanyakan dosen tidak mengecek satu persatu dari mahasiswanya yang hadir di kelas tersebut. Dosen lebih cendrung akan membagikan absen pada mahasiswanya dan menyuruhnya untuk tanda tangan atau sekedar mengisi centang pertanda mahasiswa tersebut telah hadir dalam perkuliahan. Hal tersebut bagi sebagian mahasiswa yang malas menjadi kesempatan untuk tidak mengikuti mata kuliah dan tetap dianggap hadir dalam perkuliahan.

Pengakuan dari beberapa mahasiswa yang sering melakukan TA menganggap bahwa perilaku tersebut sah-sah saja dilakukan. Mereka berpendapat bahwa perilaku tersebut tidak merugikan pihak manapun dan selama perilaku tersebut tidak diketahui oleh dosen, maka semua akan baik-baik saja dan tidak akan ada masalah. Sungguh ironis melihat fenomena-fenomena seperti ini, dan lebih parahnya lagi, perilaku tidak terpuji tersebut dilakukan oleh seorang mahasiswa yang notabene pemikirannya lebih bijak dan lebih bisa mempertanggung jawabkan apa yang telah dia lakukan.

Perilaku-perilaku seperti ini sudah seharusnya mulai dikurangi dan kalu perlu hilangkan saja.  Karena selain dengan melakukan TA tersebut telah merugikan diri sendiri, ada banyak pihak yang tanpa disadari telah dirugikan dengan perilaku tidak terpuji ini. seperti orang tua dan teman yang dimintai untuk dimintai TA. Untuk lebih meminimalisir perilaku-perilaku seperti ini lagi, pihak dosen sebaiknya tidak memberikan absen tersebut kepada mahasiswanya. Dan memilih untuk memangggil satu persatu mahasiswanya yang hadir dikelas tersebut. Hal tersebut sangat ampuh untuk mengurangi perilaku titip absen yang dilakukan oleh mahasiswa.(sumber:red)

Kesadaran akan kewajiban untuk memenuhi tanggungan menjadi hal sangat penting untuk ditanamkan dalam diri kita, sebagai mahasiswa sekaligus sebagai seorang pelajar yang suatu saat nanti akan mengemban tugas yang sangat berat, yaitu menjadi penerus bangsa yang berkualitas.

Semoga tulisan ini bisa bisa menjadi titik balik dan bisa bermamfaat bagi semua kalangan yang berkecimpung di dunia pendidikan. Dan semoga pendidikan di indonesia akan lebih maju lagi dan bisa membuat nama indonesia harum di ranah internasional.

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun