Mohon tunggu...
Hofifah Baiq
Hofifah Baiq Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Menyanyi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Teori Psikologi Sosial Menurut Erik Erikson

26 November 2024   09:23 Diperbarui: 26 November 2024   10:02 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

**Teori Perkembangan Psikososial Erik Erikson: Pemahaman tentang Tahapan Kehidupan Manusia**

Erik Erikson, seorang psikolog dan psikoanalis asal Jerman-Amerika, mengembangkan teori perkembangan psikososial yang terkenal di bidang psikologi. Teori ini menekankan bagaimana individu berkembang dalam konteks sosial sepanjang hidupnya. Berbeda dengan teori-teori sebelumnya yang lebih menekankan pada perkembangan hingga masa remaja, Erikson menganggap bahwa perkembangan manusia tidak berhenti pada usia tertentu, melainkan berlangsung sepanjang hidup. Dalam teori ini, Erikson mengemukakan delapan tahapan perkembangan psikososial yang setiap tahapannya berhubungan dengan tantangan atau krisis yang harus dihadapi individu.

### 1. **Tahap 1: Kepercayaan vs. Ketidakpercayaan (0-1 tahun)**

Pada tahap pertama ini, bayi mengembangkan rasa kepercayaan terhadap orang di sekitarnya, terutama orangtua atau pengasuh utama. Jika kebutuhan dasar mereka seperti makanan, kenyamanan, dan kasih sayang dipenuhi dengan baik, mereka akan mengembangkan rasa kepercayaan terhadap dunia. Sebaliknya, jika kebutuhan ini tidak terpenuhi, mereka akan mengembangkan perasaan ketidakpercayaan yang mendalam.

### 2. **Tahap 2: Otonomi vs. Rasa Malu dan Ragu (1-3 tahun)**

Pada usia ini, anak mulai belajar untuk mengontrol tubuhnya, seperti berjalan, berbicara, dan makan sendiri. Erikson berpendapat bahwa jika anak didorong untuk mengembangkan kemandirian dan diberi kebebasan untuk mengambil keputusan, mereka akan tumbuh menjadi individu yang percaya diri. Sebaliknya, jika mereka dihukum atau diperlakukan secara berlebihan, mereka bisa merasa malu dan ragu terhadap kemampuan diri mereka.

### 3. **Tahap 3: Inisiatif vs. Rasa Bersalah (3-6 tahun)**

Pada masa kanak-kanak awal, anak-anak mulai mengeksplorasi lingkungan mereka dan mengambil inisiatif dalam berbagai kegiatan. Mereka ingin mencoba hal baru dan membuat keputusan. Jika orangtua atau pengasuh mendukung rasa ingin tahu mereka, mereka akan merasa percaya diri dan mampu mengambil inisiatif. Namun, jika mereka dihukum karena mencoba hal-hal baru, mereka bisa merasa bersalah atas keinginan mereka untuk mengeksplorasi.

### 4. **Tahap 4: Industri vs. Inferioritas (6-12 tahun)**

Pada usia sekolah, anak-anak mulai mengembangkan keterampilan sosial dan akademik. Mereka belajar bekerja sama dengan teman sebaya dan mengejar prestasi. Jika mereka menerima dukungan dari orang dewasa dan teman-teman, mereka akan merasa berhasil dan kompeten. Sebaliknya, kegagalan atau perbandingan yang merugikan dengan teman sebayanya dapat menyebabkan rasa inferioritas dan rendah diri.

### 5. **Tahap 5: Identitas vs. Kebingungan Peran (12-18 tahun)**

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun