Tidak bisa dipungkiri seni dan budaya menjadi instrumen diplomasi yang memberikan pengaruh cukup kuat kepada siapa pun yang menyaksikannya.Â
Tengok saja bagaimana K-Pop bisa mengglobal hingga kemudian menjadi salah satu instrumen diplomasi yang dioptimalkan oleh pemerintah Korea Selatan untuk memperkenalkan negaranya ke penjuru dunia.Â
Kekuatan diplomasi melalui seni dan budaya dapat memberikan pengaruh yang bertahan lama. Karena diplomasi seni dan budaya bertujuan untuk menarik hati dan menumbuhkan kesan mendalam bagi masyarakat asing.Â
Kesan inilah yang diharapkan membekas hingga berwujud pada aksi untuk mencari tahu dan lebih mengenal tentang Indonesia.Â
Indonesia sebagai negara yang kaya akan seni dan budaya tradisional telah menjadikan kesenian dan kebudayaan tradisional sebagai bagian dari kegiatan diplomasi.
Pada tataran inilah para pendamping dapat berperan aktif dan berkontribusi dalam kegiatan diplomasi. Contoh paling sederhana dan dapat dilakukan dalam kegiatan sehari-hari adalah selalu mengenakan batik saat melakukan suatu kegiatan dan bertemu dengan masyarakat lokal.Â
Batik sebagai identitas dan kebanggaan Indonesia tentunya diharapkan semakin dikenal luas di tingkat internasional. Dan para pendamping diplomat dapat mengoptimalkan berbagai kegiatan yang diikuti yang bersentuhan langsung dengan masyarakat lokal ataupun masyakarat internasional untuk memperkenalkan batik.
Itu saja? Tentu tidak. Berdasarkan pengalaman saya sebagai pendamping diplomat, secara umum kegiatan diplomasi yang dapat dilakukan para pendamping antara lain:
Bergabung dalam Diplomatic Spouse AssociationÂ
Para pendamping diplomat dapat membangun dan membina jejaring melalui keikutsertaan dalam Diplomatic Spouse Association (DSA), yaitu organisasi yang menaungi para pendamping diplomat dari berbagai negara (kedutaan).Â