Pernahkah terbayang sebelumnya, kita yang terbiasa jajan bakso dan punya warung bakso favorit, tiba-tiba bisa membuat bakso rumahan? Atau biasanya kita berangkat ke kantor sekalian mampir ke penjual bubur ayam atau nasi uduk langganan untuk sarapan, namun sekarang kita bisa membuatnya sendiri di rumah?
Sebelum Covid-19 mewabah, mungkin banyak dari kita yang melakukan kegiatan masak memasak hanya sesekali di akhir pekan atau ketika libur, dan lebih suka memanfaatkan kemudahan yang ada dengan membeli makanan. Praktis dan tidak repot. Itu pastinya alasan yang sering dikemukakan.Â
Namun, ketika Covid-19 datang, terjadi perubahan yang positif terkait kegiatan masak memasak. Teman yang sebelumnya jarang atau tidak pernah sama sekali membahas soal masak memasak, menjadi sering mengunduh foto hasil masakannya. Anggota keluarga yang memang sudah terbiasa memasak, makin menunjukkan kreativitas menciptakan menu-menu baru yang menginspirasi anggota keluarga lainnya.
Selama kita bisa menjaga pikiran tetap positif dan tetap tenang menghadapi Covid-19 disertai asupan makanan yang bergizi, maka imunitas tubuh akan kuat melawan Covid-19.Â
Bagi sebagian orang memasak hanyalah sekedar rutinitas biasa. Tapi, sadarkah kita ditengah pandemik Covid-19 ini, memasak bisa menjadi media yang bermanfaat bagi kesehatan mental dan tubuh untuk melawan Covid-19. Bagaimana bisa?
Pertama, memasak bisa membantu mengurangi stres dan memberikan manfaat untuk kesehatan mental kita. Mengapa? Karena setiap harinya kita sudah dijejali dengan berbagai informasi mengenai Covid-19, hingga membuat kita menjadi cemas dan khawatir. Belum lagi ulah sebagian orang yang menjadikan pandemik Covid-19 ini bak pertarungan dua kubu yang membuat situasi semakin gaduh.Â
Badan kesehatan dunia WHO menyampaikan bahwa pemberitaan yang mendadak dan hampir terus menerus mengenai suatu wabah akan membuat siapa saja menjadi cemas berlebihan. Ketika kita mengalami kecemasan yang berlebih maka sistem kekebalan tubuh menjadi lemah, akibatnya penyakit akan dengan mudah menyerang tubuh kita. Dan memasak bisa menjadi obat stres terbaik.Â
Dalam kondisi stres disebutkan panca indera mati rasa. Melalui masakan kita bisa mengaktifkan kembali panca indera yang mati dengan mencium aroma masakan, mencicipi rasa makanan, melihat tampilan makanan dan bahkan suara mendesis yang keluar dari wajan atau panci yang kita gunakan dapat merangsang indera tubuh untuk bergerak aktif.
Kedua, dengan memasak alam bawah sadar kita dibawa untuk menikmati masa-masa berdiam diri di rumah dan membantu untuk mengurangi kejenuhan. Biasanya, dalam 24 jam waktu yang ada kita mungkin berada di rumah sekitar 12 jam, itu pun lebih banyak digunakan untuk beristirahat sehingga esok harinya badan sudah kembali bugar untuk beraktivitas.Â
Saat ini, kita dihadapkan pada situasi dan kondisi harus banyak berdiam diri di rumah selama 24 jam/7 hari. Walaupun tetap ada tanggung jawab pekerjaan yang harus dilakukan, tapi pasti kita merasakan kejenuhan berdiam diri di rumah. Dan memasak bisa menjadi alternatif untuk menghibur diri selama di rumah. Aneka rempah dan bahan menjadi aromaterapi yang dapat memberikan sensasi yang dapat mengusir rasa bosan hingga kita bisa melupakan rasa jenuh "terkurung" di rumah.