Ratusan mahasiswa FKIP UMSU menunggu pelaku keluar dari kamar mandi. Polisi sempat kesulitan untuk mengamankan pelaku karena ratusan mahasiswa ingin menghajarnya, Senin (2/5/2016) (sumber : Kompas.com)
Berkaca dari kasus tewasnya seorang dosen jurusan FKIP di USU yang telah dimuat pada Kompas.com Cekcok soal Skripsi, Mahasiswa Bunuh Dosennya, ini mencoreng nama baik lembaga "penghasil" Tenaga Pendidik. Saat ini tersangka masih "calon" tenaga pendidik karena dia masih tahap penyelesaian tugas akhir yaitu skripsi. Terbayangkah bila dia lulus dan menjadi pendidik kelak ?. Dan kejadian tersebut terjadi pada saat Indonesia sedang memperingati hari Pendidikan. Dosen adalah guru atau pengajar dalam tingkatan Perkuliahan, sedangkan guru adalah orang tua kedua kita setelah Orang Tua kita di sekolah, sepantasnyakah kita membunuh orang yang telah memberikan ilmu kepada kita ?
Bila menilik jauh kedalam kasus tersebut sudah sepatutnya setiap calon mahasiswa baru diberikan tes berupa psikotes untuk mengukur psikologisnya untuk menganalis bagaimana kepribadian calon mahasiswa tersebut. Arogan adalah suatu prilaku atau sikap yang dilahirkan dari jiwa dan karena keterbiasaan bisa menjadi sifat. Bila terus dibiarkan dan terpendam bisa saja ketika dia terjun kelapangan atau mengajar di sebuah sekolah tidak menutup kemungkinan siswa atau guru lain bakal menjadi "korban".Â
Arogan dan tegas itu beda, tidak bisa disamakan. Bersikap tegas adalah soal kepercayaan diri yang tinggi dan kemampuan untuk membela diri. Tegas bukan berarti harus berkata dengan keras dan mengekspresikan diri dengan muka marah, Tetapi tegas adalah berkata dengan jelas dan tidak bertele-tele. Bersikap tegas juga bisa membuat diri kita di hargai oleh orang lain, untuk itu harus didasari dengan suatu kejujuran. Selain itu sikap tegas bisa membangun kharisma didalam diri kita.
Psikotes merupakan pemeriksaan yang menggunakan prinsip-prinsip psikologi untuk mengukur potensi psikologis seseorang (mental ability) dikaitkan dengan Kriteria tertentu. Psikotes adalah tes yang dilakukan untuk mengukur aspek individu secara psikis. Tes ini dapat berbentuk tertulis, proyektif, atau evaluasi secara verbal yang teradministrasi untuk mengukur fungsi atau kemampuan kognitif dan emosional seseorang. Tujuan dari dilaksanakannya tes ini adalah untuk mengukur berbagai kemungkinan atas bermacam kemampuan orang secara mental dan faktor-faktor yang mendukungnya, termasuk prestasi dan kemampuan, kepribadian, dan intelegensi.
Pentingnya Psikotes
Kepribadian seseorang ada beberapa faktor yang mempengaruhinya, baik itu lingkungan masyarakat maupun keluarga. Lingkungan masyarakat yang kurang baik atau pergaulan yang kurang baik akan mempengaruhi kepribadian seseorang tersebut,Â
Begitu pula bila keadaan rumah, yaitu orang tua yang bersangkutan sangat mempengaruhi psikologi dan kepribadian si anak/mahasiswa tersebut. Karena tingkat pola pendidikan di rumah yang berbeda pula yang mengakibatkan sianak tersebut bisa menjadi demikian. Seperti contohnya Ekonomi keluarga, apa kah sianak berasal dari keluarga broken home atau tidak, Sikap dan kebiasaan orangtua dalam keluarga. Nah, faktor-faktor tersebut sangatlah mempengaruhi kepribadian atau psikologis anak.Â
Sudut Pandang Penulis
Sepertinya kebijakan untuk mengadakan Psikotes itu merupakan salah satu solusi dalam mengurangi kejadian serupa sehingga dapat ditanggulangi secara dini. Dan tidak hanya bagi calon mahasiswa, psikotes ini harus diterapkan sejak bangku sekolah agar kepribadian anak agar terbentuk dari dini.Â
Saya sendiri adalah lulusan sebagai tenaga pendidik, sudah melewati masa-masa skripsi. Memang pada saat skripsi kita membutuhkan dosen, bagaimana tidak karena dosen tersebut yang membimbing kita dan dia memiliki hak penuh terhadap skripsi kita. Saya pribadi konsul 8 kali pertemuan dengan dosen pembimbing baru bisa untuk sidang. Skripsi adalah tanggung jawab mahasiswa itu sendiri, karena itu adalah karya tulis kita. Setiap tulisan kita harus mampu bertanggung jawab dengan apa yang kita tulis.Â